Kenapa memilih jadi guru honorer? Pertanyaan tersebut selalu saja ada dalam benak saya ketika melihat guru yang sudah puluhan tahun mengajar dan statusnya masih guru honor. Disatu sisi saya patut mengangkat topi atas ketekunan dan keteguhan rekan guru tersebut, tapi disisi lain saya tak habis pikir apa yang membuat mereka bertahan selama itu? Mengajar memang panggilan, dan yang memanggil bukan status, jabatan atau banyaknya uang. Tapi saat ini apapun harus dilakukan dengan rasional dan profesional. Apakah rasional jika puluhan tahun "ngurusin" pendidikan tapi mesti rela "bersabar" untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya yang saya yakin jauh jauh lebih besar dibanding gajinya sebagai guru honorer. Memang penghasilan bisa darimana saja, tapi profesionalitas mengajar akan menuntut guru untuk loyal terhadap profesinya, dan loyalitas tersebut kadang menutup peluang-peluang untuk mendapatkan penghasilan lain.
Kenapa tidak berhenti saja mengajar daripada selamanya jadi guru honorer
 yang tak jelas penghasilanya? Rasionalnya pertanyaan itu mendapat 
jawaban "Ya". Tapi ada banyak alasan seorang guru honorer bertahan 
hingga puluhan tahun, diantaranya mencintai profesinya sebagai pendidik,
 terlanjur, berharap suatu saat diangkat jadi PNS, dan tidak ada pilihan
 lain karena mencari pekerjaan itu susah. 
Tapi kebanyakan karena alasan mencintai profesinya sebagai tenaga 
pendidik, walaupun kecintaanya mesti dibayar dengan keharusan untuk 
bersabar. Beruntung sekarang ada program sertifikasi guru, dengan 
sertifikasi profesi tersebut guru-guru honorer yang memenuhi syarat 
tertentu bisa mendapatkan tunjangan dari pemerintah, tapi itu tidak 
berlaku bagi rekan guru honorer yang mengajar di sekolah negeri. Padahal
 kebanyakan guru honorer berpenghasilan sedikit berada di 
sekolah-sekolah negeri.
Kenapa pemerintah tidak mengangkat guru honorer langsung jadi PNS?
Kalau mengikuti CPNS rasanya "ngiri" dan seperti ada ketidak adilan 
disana. Kenapa? Karena umumnya yang diterima adalah "fresh graduate" 
yang notabene pengalaman mengajarnya kalah jauh dibanding mereka yang 
sudah puluhan tahun jadi guru honorer. Tapi nyatanya yang melulu 
terjaring adalah mereka yang fresh graduate tersebut. Lalu apakah yang 
terjaring CPNS itu orang-orang pilihan karena berhasil lolos seleksi? 
Mungkin, tapi seleksi tertulis dan psikotes serta wawancara beberapa 
hari atau minggu tidak bisa dijadikan ukuran kualitas mengajar. Karena 
biar bagaimanapun pengalaman lebih bisa menjawab tantangan megajar 
ketimbang tes sehari tersebut.
Belum lagi banyak cerita miring tentang isu yang sudah menjadi rahasia 
umum, yaitu siapa yang punya uang dia yang bisa lolos CPNS dan menjadi 
PNS. Tapi sudahlah..
Disadur dari MulyadiTenjo.com 

 
 
 
 
No comments:
Write komentar