Monday, September 27, 2010

Memilih Teman, Memilih Masa Depan

 

Republika Jumat, 09 September 2005

Memilih Teman, Memilih Masa Depan

"Berkawan seorang bodoh yang tidak memperturutkan
hawa nafsunya, jauh lebih baik daripada dengan
berkawan seorang 'alim yang selalu memperturutkan
hawa nafsunya." (Ibnu Atha'illah)

Memilih teman sama artinya dengan memilih masa
depan. Memilih teman sama artinya dengan memilih
perilaku. Memilih teman sama artinya dengan
memilih
kualitas ilmu. Maka, siapa pun yang ingin masa
depannya cerah, perilakunya menawan hati, serta
luas
ilmu dan wawasannya, maka ia harus sangat pandai
memilih teman.

Kita akan sulit berkembang bila sehari-hari kita
bergaul dengan orang-orang malas. Kita pun akan
sulit meraih kemuliaan akhlak, bila sehari-hari
kita
bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya. Maka,
tinggi rendahnya kualitas seorang manusia sangat
dipengaruhi oleh kualitas orang yang menjadi
temannya.

Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang itu adalah
menurut agama sahabat (karib)nya. Karena itu, ada
baiknya seseorang dari kamu meneliti dulu siapa
yang
akan dijadikan sahabatnya" (HR Abu Dawud dan
At-Turmudzi).

Orang seperti apa yang layak kita jadikan teman
dekat? Yang pertama dan utama adalah orang yang
baik
akhlaknya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya.
Bahkan, Imam Ibnu Atha'illah dalam kitab Hikam
mengatakan, "Berteman seorang bodoh yang tidak
memperturutkan hawa nafsunya, jauh lebih baik
daripada dengan berkawan seorang 'alim yang selalu
memperturutkan nafsunya". Mengapa? Orang berilmu
tapi memperturutkan hawa nafsu, biasanya akan
membenarkan kemaksiatan yang dilakukannya dengan
dalil-dalil Alquran dan hadis. Dikhawatirkan,
lambat
laun kita pun akan membenarkan kemaksiatan
tersebut
hanya karena bersandar pada dalil-dalil.

Saudaraku, bahaya terbesar dalam hidup adalah
diperbudak nafsu. Tidak ada artinya limpahan
harta,
tinggi jabatan, banyaknya pengikut, tampannya
rupa,
atau luasnya ilmu, bila kita diperbudak nafsu.
Saat
diperbudak nafsu, semua yang kita miliki akan
digunakan untuk memuaskan nafsu tersebut.

Ada baiknya kita berpikir sejenak, lihat siapa
teman-teman dekat kita. Boleh jadi, kualitas diri
kita tidak pernah mengalami perubahan karena salah
memilih teman. Kita berteman akrab dengan
orang-orang yang kualitasnya di bawah kita.
Akibatnya, kita merasa paling saleh, paling
pintar,
dan paling hebat di antara teman-teman kita. Bila
demikian, kita tertipu oleh kepintaran semua.
Ketika
kita salah melihat diri, kita pun akan salah dalam
melangkah.

Idealnya kita berteman dengan orang-orang yang
kualitasnya jauh lebih baik, sehingga kita tidak
merasa paling pintar dan paling saleh. Justeru
kita
akan merasa paling kurang. Saat berteman dengan
orang-orang yang berkualitas, biasanya kita akan
terangsang dan termotivasi untuk belajar dan
mengejar ketertinggalan. Karena itu ada yang
mengatakan, kalau kita ingin menjadi ulama maka
bergaulah dengan ulama; ingin menjadi pedagang,
maka
bergaullah dengan para pedagang; ingin menjadi
seniman, maka bergaulah dengan seniman.

Saudaraku, setiap hari masalah yang kita hadapi
akan
semakin berat dan kompleks. Kita akan terpuruk
bila
banyaknya masalah tidak diimbangi dengan
peningkatan
kemampuan diri untuk menyelesaikannya. Maka, rugi
bila dalam sehari kita tidak bertemu dengan orang
yang lebih baik dari kita. Rugi karena kita tidak
mendapat ilmu, wawasan, dan semangat baru. Dan
celaka bila kita menjauh dan memusuhi orang-orang
yang lebih baik dari kita. Wallahu a'lam
( KH Abdullah Gymnastiar )

No comments:
Write komentar

Silahkan isi komentar Anda disini

E-learning

Produk Rekomendasi