Gambaran Umum 
Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kecamatan 
Sumur dan Kecamatan Cimanggu serta semenanjung Ujung Kulon dan beberapa 
pulau kecil, diantarnya adalah Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum dan 
Pulau Peucang dengan luas keseluruhan mencapai 122.956 Ha, dalam 
pengelolaannya mengacu pada tiga prinsip konservasi (Perlindungan sistem
 penyangga kehidupan, Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
 serta ekosistemnya dalam pengawasan fungsi dan kerjanya dibagi atas 3 
Seksi Wilayah Perlindungan terpadu yaitu Seksi PT Wilayah I Pulau 
Panaitan, Seksi PT Wilayah II Handeuleum dan Seksi PT Wilayah III Sumur.
 Proses konservasi terutama untuk melindungi habitat Badak Jawa di 
wilayah inilah pengawasan diperketat terkait dengan populasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) pada tahun 2009 berjumlah 40–60 individu, jumlah populasi ini rawan punah.[1]
 Selain konservasi utama yaitu konservasi badak, di wilayah ini juga 
memiliki fauna dan flora yang kaya dan beragam serta langka banyak 
berada di Semenanjung Ujung Kulon. Di wilayah ini ditemukan rata-rata 
3.071 individu/Ha sedangkan jenis tumbuhan teridentifikasi sebanyak 191 
jenis pada berbagai tingkatan. Secara administrasi Taman Nasionl Ujung 
Kulon masuk ke dalam Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Sumur Kabupaten 
Pandeglang Provinsi Banten. 
        TNUK dikelola berdasarkan sistem zonasi, yang
 terbagi atas 4 zonasi, yaitu zona inti adalah kawasan taman nasional 
yang berfungsi untuk perlindungan mutlak dan tidak diperkenankan adanya 
perubahan apapun oleh kegiatan manusia serta perubahan dan perkembangan 
yang terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan manusia, kecuai 
untuk kegiatan penelitian, pemantauan, perlindungan dan pengamanan. Zona
 rimba adalah kawasan taman nasional yang berfungsi untuk menyangga zona
 inti dan kegiatannya sebagaimana dengan zona inti serta dapat 
dikunjungi sebatas rekreasi semata kegiatan pengelolaan yang dapat 
dilakukan seperti pembinaan habitat dan populasi, pembuatan jalan 
setapak, pembuatan menara pengintai dan sarana kemudahan wisata.
  Zona tradisional/pemanfaatan adalah kawasan taman 
nasional yang berfungsi untuk menampung pengunjung maupun pengelolaan di
 zona ini dapat dibangun sarana akomodasi sarana pengungjung dan 
pengelolaan taman nasional yang secara ekologis mempunyai pengaruh dari 
dalam mapun dari luar taman nasional. Sedangkan zona khusus adalah 
wilayah pemukiman yang  berada di kawasan TNUK yang sudah berada sebelum
 penetapan Ujung Kulon menjadi Taman Nasional Ujung Kulon, yang dimana 
kondisi asli diusahkan seperti sebelum penetapan  manjadi taman 
nasional. Desa-desa yang berada di Kecamatan Sumur dan Kecamatan 
 Cimanggu merupakan desa yang berada di daerah penyangga TNUK Kawasan 
Gunung Honje.[2]
Letak Wilayah dan Keadaan Geografis 
                 Wilayah Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang dengan luas daerah 122.956 Ha, Semenanjung Ujung Kulon yang merupakan wilayah terluas dari Taman Nasional Ujung Kulon merupakan daerah terkahir dan paling selatan dari wilayah Kabupaten Pandeglang dan paling ujung Barat Pulau Jawa, Temperatur
 udara di wilayah ini antara 25°-30°C, Curah hujan Rata-rata 3.200 
mm/tahun, ketinggian tempat 0- 608 meter dpl, Letak geografis 6°34’- 
6°52’ LS, 102°02’32”-102°37’37” BT.[3] Taman Nasional Ujung Kulon  memiliki batas sebagai berikut :
Utara     :   Teluk Selamat Datang dan Selat Sunda dan Kecamatan Sumur
Selatan  :   Samudera Hindia
Barat     :   Selat Sunda dan Samudera Hindia
Timur    :  Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang
Keadaan Air dan  Curah Hujan
Kuantitas air di dalam kawasan dan di sekitar kawasan
 seperti sungai Cikawung begitu besar karena berasal dari hutan di 
kawasan TNUK bagian Selatan Gunung Honje. Air tersebut cukup untuk 
memenuhi kebutuhan penduduk di daerah sepanjang kaki Gunung Honje, 
tetapi untuk fluktuasi aliran pada musim kemarau dan musim penghujan 
memiliki perbedaan sangat nyata.  
  Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika 
Provinsi Banten (1996-2006) wilayah daratan selatan Ujung Kulon terutama
 di wilayah Desa Ujung Jaya, Taman jaya dan Wilayah Kalejetan bagian 
selatan dan timur mempunyai iklim yang lebih dingin dibandingkan dengan 
daratan bagian utara. Rata-rata curah  hujan di kawasan ini 1553,5 
mm/tahun. Kisaran suhu di perairan antara 23,78°C-31,98°C dengan 
kelembaban mencapai 78%-86%. Tingginya curah hujan terjadi pada bulan  
November-Maret dengan curah hujan 1514-3440 mm dan 93-153 hari  hujan. 
Curah hujan terbesar akan terjadi pada bulan Desember dan Januari  yang 
seringkali disertai dengan badai dan angin kencang. [4] 
   Pada bulan-bulan tersebut fluktuasi air dan debit 
lebih besar dan sungai-sungai melimpah airnya. Sedangkan di musim 
kemarau pada bulan April-Oktober, curah hujan antara  476-1729 dengan 
hari hujan 39-91 hari cenderung kering, terlebih pada bulan 
Agustus-Oktober, selama bulan tersebut perairan tenang dan debit air 
cenderung  berkurang serta sungai-sungai kering, sehingga sebagian 
penduduk di desa-desa tertentu di sekitar kaki Gunung Honje Selatan 
harus menggali sumur dimusim kemarau untuk mendapatkan air bersih, 
seperti yang terjadi di  Desa Ujung Jaya, Desa Taman Jaya, Desa Tugu dan
 Desa Rancapinang. 
   Sungai-sungai yang diukur tersebut memiliki 
tingkat kecerahan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kedalamannya 
yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat terpenetrasi secara 
sempurna. Kecerahan air di kelima sungai relatif berbeda, di sungai 
Cibunar memiliki kecerahan 100% di bagian hulu dan 67,9% di bagian 
hilirnya dengan kedalaman 23-39 cm, sungai Cimayang dan Cikawung 
memiliki kecerahan 100% dengan kedalaman 20-40 cm. Kecerahan air di 
bagian hulu rata-rata hampir 100 %, karena belum dimanfaatan oleh 
penduduk sehingga airnya masih bersih dan alami, masih banyak terdapat 
bebatuan yang besar-besar yang semakin ke hilir jumlahnya semakin 
berkurang. Di samping itu, sungai-sungai tersebut memiliki kemungkinan 
potensi erosi yang tinggi karena bentuk dasarnya yang berupa pasir dan 
lumpur. Fluktuasi/kuantitas air yang mengalir keempat sungai tersebut 
berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari keluaran debit sungai yang 
berbeda pada masing-masing sungai. Debit merupakan besarnya aliran 
volume materi atau benda yang bersifat cair tiap satuan waktu. 
   Suhu udara rata-rata harian berkisar 26,2-28,7 °C 
dan kelembaban udara berkisar 75%-91% serta intensitas radiasi surya 
0,621-0,669  cl/cm²/ml sehingga berpotensi untuk pengembangan ekowisata 
karena udara kawasan Selatan Gunung Honje memberikan rasa nyaman kepada 
masyarakat setempat. Sedangkan kisaran suhu di perairan antara 
23,78°C-31,98°C dengan kelembaban mencapai 78%-86%.[5]  
[1] TNUK. 2009. Hasil Monitoring dan Pendataan Jumlah Badak. Tidak dipublikasikan
[2] TNUK. 2010. Zonasi Taman Nasional Ujung Kulon. Labuan. Tidak dipublikasikan Hal: 17
[3] TNUK. 2010. Profil dan Wilayah Kerja TNUK. Labuan tidak dipublikasikan. Hal: 78   
[4] Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Banten. (1996-2006)
[5] PKLP IPB. 2009. Laporan Praktek Profesi dI Taman Nasional Ujung Kulon. Tidak dipublikasikan. Hal: 64
 
 
 
No comments:
Write komentar