Showing posts with label Karya Tulis. Show all posts
Showing posts with label Karya Tulis. Show all posts

Monday, February 19, 2024

PTK - PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN MAPEL MATEMATIKA DI KELAS I SDN CITEUREUP 3

 

 


PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS I SDN CITEUREUP 3

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)



ABSTRAK 

Penelitian Tindakan Kelas ini dilatarbelakangi oleh adanya temuan kesulitan belajar yaitu siswa kelas I SDN Citeureup 3 Panimbang Pandeglang ketika diadakan pembelajaran Matematika tentang konsep penjumlahan bilangan sejumlah 65% siswa belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau 35% siswa yang sudah mencapai KKM, sehingga hasil belajar dikategorikan buruk. Selain itu, kualitas proses pembelajaran juga belum baik. Oleh karena tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep penjumlahan bilangan melalui penerapan pembelajaran koperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2023, dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2023. Dari hasil belajar siswa yang dihimpun dari Siklus I dan Siklus II adanya peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan siswa, nilai rata-rata hasil belajar siswa pada Siklus I yaitu 70 dan Siklus II yaitu 84, dan Ketuntasan siswa dalam belajar pada Siklus I sebesar 65%, adanya peningkatan pada Siklus II sebesar 96%, Hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan pada siswa kelas I SDN Citeureup 3. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran koperatif tipe Numbered Head Together (NHT), dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika konsep penjumlahan bilangan pada siswa di Kelas I SDN Citeureup 3 TP 2023/2024. Kata Kunci : hasil belajar, numbered head together, matematika



BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Peran guru dalam upaya memotivasi belajar siswa dan cara mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini juga di jelaskan oleh Meece dan Blumenfeld bahwa ada korelasi positif antara hasil belajar dengan motivasi, artinya semakin kuat dan tinggi motivasi yang dimiliki siswa akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar dan minat siswa. Guru yang dapat menciptakan proses pembelajaran yang menantang siswa untuk berfikir dan berpartisipasi aktif, akan menumbuh kembangkan perhatian (attention), kegunaan (relevansi), rasa percaya diri (confidence) dan kepuasan (satisfication) pada diri siswa dengan sendirinya, sehingga siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

Dari pendapat Meece dan Blumenfeld dapat dilihat bahwa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal diperlukan guru yang mampu memotivasi, memilih alat peraga, metode yang tepat dan peka terhadap lingkungan sebelum melakukan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran serta hasil diskusi dengan teman sejawat (Observer) maka penyebab rendahnya hasil belajar siswa-siswi Kelas I SD Negeri Citeureup 3 adalah sebagai berikut : kemampuan awal siswa yang kurang, rendahnya motivasi siswa selama pembelajaran berlangsung, kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan, penggunaan media dan metode yang kurang relevan, kurangnya motivasi orangtua/wali siswa, kurangnya pemberian pengalaman langsung kepada siswa, berdasarkan analisis masalah diatas, peneliti (guru) merasa perlu melakukan perbaikan pembelajaran melalui program Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memperhatikan dan mengevaluasi sejumlah komponen pembelajaran yang dilaksanakan. Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, keberhasilan pembelajaran mutlak diperlukan.

 

1. Identifikasi Masalah

       Hasil belajar yang diperoleh siswa elas I di SD Negeri Citeureup 3 pada mata pelajaran Matematika dibawah standar yang ditetapkan, ketika diadakan pembelajaran Matematika tentang konsep penjumlahan bilangan sejumlah 65% siswa belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau 35% siswa yang sudah mencapai KKM, sehingga hasil belajar dikategorikan buruk. Selain itu, kualitas proses pembelajaran juga belum baik. Melihat hal yang seperti itu peneliti sebagai guru kelas, terdorong untuk melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang sudah dilakukan dan meminta bantuan teman sejawat sebagai observer untuk mencari solusi menyelesaikan masalah yang dihadapi.


2. Analisis Masalah

  Hasil refleksi dan diskusi menyimpulkan adanya masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, dan masalah tersebut dimungkinkan berasal dari diri guru, maupun dari siswa serta dari lingkungan belajar siswa. Berdasarkan kegiatan refleksi guru dan diskusi dengan teman sejawat terhadap proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Matematika tentang Pengurangan tiga bilangan maka ditemukan: siswa tampak kurang antusias, apatis, kurang minat, tidak termotivasi, kurang bertanggungjawab, merasa bingung bila diberi kesempatan untuk bertanya dan mengerjakan, tampak tegang jika dihadapkan dengan pertanyaan atau soal. Berdasarkan gejala-gejala yang ditampilkan oleh siswa tersebut, dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah yang sedang terjadi dalam proses pembelajaran, baik yang datangnya dari siswa, guru, media, sumber belajar, ataupun dari lingkungan belajar, karena masalah yang timbul komplek, maka untuk memudahkan kegiatan PTK, peneliti mengidentifikasi masalah tersebut menjadi masalah yang lebih spesifik yaitu : rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika berasal dari rendahnya motivasi belajar siswa yang diakibatkan oleh kurang tepatnya penggunaan pendekatan pada sistem belajar, metode  pembelajaran yang digunakan serta kurangnya alat peraga dan media dalam pembelajaran. Dengan menyadari kenyataan diatas, peneliti mencoba mencari solusi dengan menerapkan metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada proses perbaikan pembelajaran.


Dokumen selengkapnya HUBUNGI Admin via Contact Form dibawah ini!





Tuesday, February 6, 2024

HATI SEBUAH BUKU, PENGEMBANGAN KEMAMPUAN LITERASI SISWA MELALUI RESUME BUKU


HATI SEBUAH BUKU” PENGEMBANGAN KEMAMPUAN LITERASI SISWA

MELALUI RESUME BUKU

 

Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.,Gr.

SDN Citeureup 3 Kabupaten Pandeglang 

Provinsi Banten          

 A. LATAR BELAKANG

Lembaga sekolah merupakan lingkungan ideal untuk melakukan pembelajaran, karena pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap individu maupun bangsa karena pendidikan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Sebuah negara yang memiliki pendidikan yang berkualitas akan memiliki sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di era global saat ini. Dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan upaya yang komprehensif dan terintegrasi, salah satunya dengan menerapkan budaya literasi.

Literasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu, terdapat enam jenis literasi yang harus dikuasai oleh anak, yaitu literasi membaca dan menulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, serta literasi budaya dan kewargaan. Setiap jenis literasi ini memiliki peran penting dalam kehidupan dan perkembangan seseorang.

Penerapan literasi menjadi hal yang penting, karena literasi dasar merupakan kemampuan yang harus dimiliki sebelum mempelajari materi yang lebih luas lagi. Melalui penguasaan literasi, siswa akan mampu memahami materi yang diajarkan dengan lebih mudah dan mampu mengaplikasikan dalam aktifitas kehidupannya.

Perkembangan dunia tekonologi informasi dan komunikasi diera globalisasi ini begitu pesat, bagaikan pisau bermata dua yang memiliki dampak positif dan negatif. Bila kita tinjau dari dampak negatif yang ditimbukan, perkembangan yang membawa sejuta perubahan juga membuat khawatir kita sebagai bangsa Indonesia. Kekhawatiran itu antara lain adalah pengaruh globalisasi terhadap minat baca di Indonesia. 

Hal yang paling mendasar saat ini adalah kurangnya minat dan perhatian peserta didik terhadap budaya membaca. Realita yang terjadi hal ini tidak bisa di mungkiri di sekolah adalah ketika jam istirahat, perpustakaan sekolah lebih sepi dibandingkan halaman sekolah, pengunjung perpustakaan bisa dihitung dengan jari, buku bacaan hanya menarik yang ada gambarnya saja. 

Selain itu, berdasarkan sebuah studi Most Littered Nation In The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia berada diperingkat ke 60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Gambaran data tersebut merupakan hal yang menyedihkan dan bisa menjadi cermin terhadap minat membaca di Indonesia yang amat rendah

Generasi saat ini memiliki alasan mengapa buku bukan menjadi satu-satunya bahan bacaan. Remaja berasumsi bahwa ilmu pengetahuan bisa didapat dan diakses dengan mudah lewat gawai mereka. Asumsi tersebut tidak sepenuhnya bisa disalahkan. memang, zaman digital ini membuat aktivitas yang kita lakukan tidak bisa terlepas dari gawai. Namun, disayangkan jika sebagian dari pengguna gawai di Indonesia belum mampu memanfaatkannya secara bijak sehingga banyak orang yang sibuk dengan media sosialnya dan terbuai dengan berbagai macam aktivitas di dunia maya sehingga merenggut mereka dari waktu terbaik yang seharusnya mampu dioptimalkan untuk membaca.

Hal utama dalam literasi dalam dunia pendidikan adalah literasi membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak. Keterampilan ini membantu kita untuk memahami, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan tepat. Dalam proses pendidikan, kemampuan membaca dan menulis menjadi hal yang penting dalam proses pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik akan mampu memahami materi yang diajarkan dengan lebih mudah dan mampu mengungkapkan pemikirannya secara efektif dan berdaya guna untuk memahami jenjang pembelajaran berikutnya. Maka dalam rangka pengembangan kemampuan literasi siswa di sekolah saya, maka digagaslah program lietrasi dengan anama “ Hati Sebuah Buku ” (Pengembangan Kemampuan Literasi Siswa Melalui Resume Buku).

 

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan hasil Rapor Pendidikan Tahun 2022, sekolah kami masih rendah pada bagian literasi dan numerasi. Rapor tersebut kami tindak lanjut dengan menganalisis indikator-indikator dan mencari akar permasalahannya hingga akhirnya berujung pada rendahnya minat baca atau dalam artian kemampuan literasi dan numerasi siswa di sekolah kami, sekolah kami belum oftimal dalam memberikan perhatian terhadap literasi, literasi masih belum optimal dan efektif. banyaknya guru yang belum mau beradaptasi dan memprioritaskan literasi sebagai bagian dari program pembelajaran mereka. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil Rapor Pendidikan sekolah kami pada bagian literasi dan numerasi.

Literasi merupakan hal yang sangat penting dalam pengantar suatu pembelajaran melalui literasi maka siswa dapat menerima pelajaran yang menjadi tujuan  dari kurikulum merdeka itu sendiri, maka hal ini menjadi motivasi kami untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka saya selaku guru di SDN Citeureup 3 beserta rekan sejawat dan kepala sekolah membuat satu kebijakan yang disepakati bersama warga SDN Citeureup 3 yaitu untuk mengembangkan budaya literasi dan numerasi melalui Program “The Heart Of A Book” (Pengembangan Kemampuan Literasi Siswa Melalui Resume Buku).

 

C. PEMBAHASAN

KURIKULUM MERDEKA ALTERNATIF MEMENUHI KEBUTUHAN PENDIDKAN

Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19. Selanjutnya Klik


                                          

Saturday, December 17, 2022

KIMIA HIJAU DAN PRINSIP LINGKUNGAN

KELOMPOK 3 KELAS B

ENDI SUTRISNA

SONHAJI

DEDE KIKI EKA PAHLAWAN




Kimia hijau adalah pendekatan terhadap perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk kimia sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan atau bahkan menghilangkan bahaya yang diakibatkan oleh zat kimia terhadap lingkungan, termasuk manusia.

Melansir artikel ilmiah berjudul Penerapan Kimia Hijau untuk Menjamin Keamanan Pangan tulisan Dina Mustafa, kimia hijau (green chemistry), atau yang disebut juga dengan kimia berkelanjutan, adalah konsep serta penerapan kimia dan teknologi yang berinteraksi dengan ilmu lain, seperti fisika, dan biologi.

Pendekatan Kimia Hijau
Tujuan utama dari pendekatan kimia hijau adalah menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal bertajuk Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan oleh Dina Mustafa.

Bersamaan dengan hal tersebut, pendekatan ini juga berupaya memilah-milah cara yang paling aman dan efisien untuk menyintesis zat-zat tersebut serta mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.

Tujuan penghilangan dampak buruk dilakukan sejak pada tahap perancangan. Pencegahan bahaya pada proses pembuatan zat kimia akan memberikan manfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Hutan Perawan

Moto dari pendekatan kimia hijau adalah "lebih baik, lebih mudah, dan lebih murah untuk merancang, dan mengembangkan proses-proses dan senyawa yang ramah lingkungan daripada mengatasi akibat buruk dari proses dan produk kimia yang berbahaya bagi lingkungan"


Moto tersebut menjelaskan bahwa mencegah terjadinya polusi lingkungan oleh proses dan produk kimia yang berbahaya jauh lebih baik daripada menangani polusi kimia yang sudah terjadi.

Ide kimia hijau merupakan respons atas pengembangan dan pemanfaatan zat-zat kimia yang tanpa kendali sehingga dapat menjadi kontaminan di alam. Zat-zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya melalui tanah, air, debu, dan udara.

Kimia Hijau sangat penting bagi kehidupan manusia sebab selain mampu memberikan perlindungan pada lingkungan dan kesehatan manusia, juga bersifat ekonomis sebab dengan Kimia Hijau maka:

Pentingnya Prinsip-prinsip Kimia Hijau:
  1. Mencegah terbentuknya polutan proses kimia dengan cara merancang sintesis kimia yang mencegah terbentuknya sampah atau polutan.
  2. Merancang bahan kimia dan produk turunannya yang aman sehingga menghasilkan produk kimia yang efektif rendah atau tanpa efek racun.
  3. Merancang sintesis kimia yang tidak berbahaya.
  4. Memanfaatkan bahan baku dalam proses kimia dari material terbarukan.
  5. Menggunakan katalis.
  6. Menghindari proses derivatisasi terhadap senyawa kimia.
  7. Memaksimalkan ekonomi atom dengan cara merancang proses.
  8. Penggunaan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman dengan cara mencoba menghindari penggunaan pelarut, agen pemisah, atau bahan kimia pembantu lainnya.
  9. Meningkatkan efisiensi energi dengan melakukan reaksi pada kondisi mendekati atau sama dengan kondisi alamiah.
  10. Merancang bahan kimia dan produknya yang dapat terdegradasi setelah digunakan menjadi material tidak berbahaya atau tidak terakumulasi setelah digunakan.
  11. Analisis pada waktu bersamaan dengan proses produksi untuk mencegah polusi.
  12. Memperkecil potensi kecelakaan.


Thursday, January 27, 2022

MENGENAL TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

 
  MENGENAL TEORI BELAJAR DI SEKOLAH DASAR
Oleh : Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.
Pengajar di SDN Citeureup 3 
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang

  

      Pembelajaran merupakan suatu syarat dalam menyampaikan teori dan pembiasaan pengetahuan serta karakter dari guru ke peserta didik, pembelajaran salah satu interaksi dalam menjalankan perintah tujuan pembelajaran, agar dengan belajar tatap muka antara siswa dan guru terjalin suatu kondisi dan hubungan yang humanis. Pada perkembangannya pembelajaran  yang  menarik  adalah pembelajaran yang efisien waktu dan efektif dalam mentransfer informasi belajar pada siswa tanpa mengesampingkan karakter siswa itu sendiri.

      Perkembangan yang pesat saat ini,  adalah sumber pengetahuan siswa terhadap lingkungannya karena perubahan lingkungan dan teknologi yang dinamis menjadikan tantangan manusia untuk menaklukan alam dengan mempelajari lingkungannya, pada jenjang  sekolah dasar untuk menjadikan proses belajar yang baik dan menarik minat siswa diperlukan suatu cara dalam belajar yang hal tersebut sudah dipikirkan oleh tokoh-tokoh pemikir pendidikan terdahulu. 

      Berikut beberapa teori belajar yang dapat kita gunakan untuk mencapai kondisi dan hasil belajar yang terbaik di kelas sebagai bentuk pencapaian  profesionalisme guru di masa depan.

 

A.A. TEORI BELAJAR PIAGET

           Teori Peaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di Neuchatel pada tahun 1896. Perkembangan mental atau kognitif anak terdiri dari beberapa tahapan. Ada empat tahapan perkembangan mental anak secara berurutan, di antaranya adalah :

TAHAP

USIA

CIRI KHUSUS

Sensori Motor

0 – 2 tahun

Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal

Pre-Ooperasional

2 – 7 tahun

Berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran logis belum cepat melakukan konsentrasi

Konkret Operasional

7 – 11 atau 12 tahun

Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata

Formal Operasional

7 – 11 atau 12 tahun 14 tahun atau 15 tahun

Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang proporsional kemampuan untuk mengatasi hipotesis perkembangan idealisme yang kuat

 

·     A.1. PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

       Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
  1. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
  2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
  3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk menjamin   perkembangan intelektual anak.

 ·   A.2. CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI PIAGET

      Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.

      Guru harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jabawab bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

 

2. B. TEORI BELAJAR BRUNER

Bruner merupakan salah seorang ahli psikolog perkembangan dan ahli belajar kognitif. Beliau beranggapan bahwa belaar merupakan kegiatan perolehan informasi. Kegiatan pengolahan informasi tersebut meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut sebagai koding. Teori belajat Bruner ini disebut sebagai teori belajar penemuan. 

Ada tiga tahap penampilan mental yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu :

    1. Tahap Penampilan Enaktif sejajar dengan Tahap Sensori Motor pada Piaget

Dimana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran dirinya dengan lingkungannya.

    2. Tahap Penampilan Ikonik sejajar dengan Tahap Pre-Operasional pada Piaget

Pada tahap ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh persepsinya, dimana persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol pada persepsinya yang memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri sengan suatu pola yang tetap.

    3. Tahap Penampilan Simbolik sejajar dengan Tahap Operasi Logis (Formal) pada Piaget

Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi. 

Tidak seperti Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal yang kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan anak untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara intuitif, manusia sudah dapat menangkap konsep-konsep IPA.

·   B.1. PENERAPAN MODEL BELAJAR BRUNER DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.

      Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.

·   B.2. CARA PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN MODEL BRUNER

Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat, antara lain :
  1. Pembelajar (Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
  2. Apabila pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.

 

3.  C. TEORI BELAJAR GAGNE

Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output. Rangsangan/stimulus dari lingkungan (environtment) mempengaruhi alat-alat indera yaitu (receptor), dan masuk ke dalam sistem syaraf melalui register penginderaan (sensory register). Disini informasi diberi kode, artinya informasi diberi suatu bentuk yang mewakili informasiaslinya dan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Bagian-bagian ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi, informasi dapat diolah oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka pendek untuk waktu yang lebih lama, namun rehearsal juga mampu mentransformasikan informasi itu sekali lagi ke dalam memori jangka panjang (long term memory). 

Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka panjang dikeluarkan kembali melalui suatu generator repons (response generator) yang berfungsi mengubah informasi menjadi tindakan. Model seperti digambarkan di atas juga menunjukkan bagaimana pengendalian internal dari aliran informasi oleh kontrol utama (executice control) dan harapan-harapan (ecpectancies). Menurt teori ada beberapa ciri penting tentang belajar, yaitu :

  1. Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
  2. Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan lingkungannya,
  3. Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.

 

·   C.1 HASIL BELAJAR MENURUT GAGNE

     Ada 5 taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar meliputi :

a) 1. Informasi verbal (verbal information)

Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan orang, dari membaca, televisi, komputer dan sebagainya meliputi nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.

2. Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills)

Kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam  bentuk representasi, khususnya konsep dan berbagai  lambang/simbol (huruf : angka, kata, gambar), Kemahiran intelektual terbagi dalam empat subkemampuan yaitu :
  1. Diskriminasi (descrimination)
  2. Konsep-konsep konkret (concrete concepts)
  3. Konsep-konsep terdefini (defined conceps)
  4. Aturan-aturan (rules)

c) 3. Strategi-strategi Kognitif (defined strategies)

Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang terorganisasi. Siswa menggunakan strategi kognitif ini dalam memikirkan tentang apa yang telah dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara kreatif.

d) 4. Sikap-sikap (attitudes)

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk hidup. Sekolompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain atau sikap sosial. Dengan demikian maka akan tertanam sikap sosial pada para siswa

e)  5. Keterampilan-keterampilan (motor skills)

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan fakta, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya : bila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer dan sebagainya.

 

·    C.2. MENERAPKAN TEORI GAGNE DALAM MENGAJARKAN IPA DI SD

Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian instruksional (instructional events), meliputi :
  1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
  2. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)
  3. Mengarahkan perhatian (directing motivation)
  4. Merangsang ingatan (stimulating recall)
  5. Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
  6. Meningkatkan retensi (enhancing retention)
  7. Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
  8. Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance)
  9. Memberi umpan balik (providing feedback)

 

4. D. TEORI BELAJAR AUSUBEL

Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.

Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi apabila informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

 

D.1 MENERAPKAN TEORI AUSUBEL DALAM PENGAJARAN IPA

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak tang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut. 

David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.

D.2 PRINSIP-PRINSIP YANG DIKEMUKAKAN OLEH AUSUBEL
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikumukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu :

a)    1. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)

    Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang   umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.

b)     2. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)

Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Ratna Wilis Dahar, dkk. (1986). Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta:
Depdikbud UT.

Dra. Isti Rokiyah, M.A, dkk. Teori Belajar dalam Pembalajaran IPA di SD. Jakarta: Depdikbud UT. 

Dalyono, Psokologi pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2011. 

 

Catatan : *Setiap menyadur atau mengcopi harap mencatumkan sumbernya.*

E-learning