Showing posts with label Sosial. Show all posts
Showing posts with label Sosial. Show all posts

Wednesday, March 13, 2019

Contoh Sinopsis Kreasi Seni Tari "Ngodo" Banten

 

SINOPSIS
“TARI NGODO”
(Dipopulerkan oleh anak-anak SDN Citeureup 3)



 Gambar Ilustrasi 
(Sumber: https://commons.wikimedia.org/Tari Jawa Barat)

Pasirkadu adalah salah satu kampung yang terletak tidak jauh dari kawasan wisata Khusus Tanjung Lesung yang tersohor di Provinsi Banten, tepatnya di Desa Citeureup Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Banten.
  
Secara geografis kampung Pasirkadu berada pada ketinggian 100 m di atas permukaan laut. Keberadaan tanah pada kondisi tertentu sangat cocok dan subur untuk tanaman cengkeh dan tanaman sejenis lainnya. Masyarakat Kampung Pasirkadu memiliki mata pencaharian mayoritas sebagai petani cengkeh.

Pada waktu tertentu tanaman cengkeh mulai berbunga, saat itulah terpancar sinar harapan dari masyarakat sekitar. Memang harga cengkeh saat ini secara ekonomis memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan, sehingg tidak heran pria-wanita, tua-muda bahkan anak-anak remaja jika masa panen tiba mereka menyambut hari-harinya untuk mulung cengkeh (ngodo) dalam bahasa setempat.

Kesempatan ngodo cengkeh ini hanya terjadi satu kali dalam setahun, itupun jika cuaca memungkinkan. Kebiasaaan  ngodo tersebut kami implementasikan pada gerakan tarian daerah yang diberi nama “Tari Ngodo”  yang akan dibawakan oleh anak-anak SDN Citeureup 3 di bawah asuhan Guru CS dan Bapak Ahim selaku kepala sekolah.



Selamat Menyaksikan….!!!






NARASI MAKNA TARI NGODO
Yang dipopulerkan oleh anak-anak SDN Citeureup 3


Penjelasan Budaya Ngodo
Ngodo merupakan salah satu budaya dan kearifan lokal daerah Pasirkadu yang harus kita pertahankan, karena  anak-anak maupun orang dewasa diperkenankan memungut/ngodo cengkeh (cengkeh yang sudah jatuh dari pohon dengan sendirinya) baik itu milik sendiri maupun milik orang lain tanpa ada tuntutan hukum atas perilaku tersebut, karena penduduk setempat beranggapan bahwa segala sesuatu yang telah jatuh ke tanah adalah pemberian alam yang wajib kita syukuri.  

Deskripsi  Gerakan Ngodo
  1. Musim panen cengkeh telah tiba
  2. Anak-anak melakukan persiapan ngodo dengan membawa alat seperlunya, seperti bakul ais dan peralatan lainnya, setelah peralatan cukup anak-anak langsung bergegas ngodo ke lokasi panen,      
  3. Sepanjang perjalanan menuju lokasi ngodo, mereka melihat banyak cengkeh berserakan,  anak-anak langsung ngodo cengkeh tersebut, setelah ngodo tersebut selesai kemudian anak-anak melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan, sambil tidak henti-hentinya bersukaria karena hasil ngodo di jalan cukup memenuhi bakul mereka.
  4. Tak terasa anak-anak akhirnya sampai di lokasi ngodo dalam suasana sukaria, salah satu dari mereka langsung memanjat sedangkan yang lainnya ngodo di bawah.
  5. Setelah ngodo selesai anak-anak melampiaskan kegembiraanya dengan bermain permainan Tam-tam Muku yang merupakan jenis permainan daerah setempat, permainan tersebut sebgai ungkapan rasa syukur ke Hadirat Ilahi atas panen cengkeh yang melimpah.
  6. Dengan penuh kecerian akhirnya anak-anak bergegas pulang dengan canda tawa.

Demikian deskripsi gerakan tari ngodo SDN Citeureup 3 Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandegang Banten, semoga alam selalu memberikan keberkahan kepada kita semua yang selalu menjaga kelestarian dan kesinambungan alam yang kita cintai ini.

Pencipta : Ebah Suhaebah @copyrigth




Monday, December 12, 2016

masih percaya , kalo kita dijajah belanda 350 tahun ?

 
masih percaya , kalo kita dijajah belanda 350 tahun ?
masih percaya kalo itu milik belanda ?

.
.

Sejarawan dan Pakar Islam Nusantara, Agus Sunyoto mengatakan, keilmuan nusantara sama sekali bukan mitos, dongeng, maupun legenda. Ada fakta empiriknya, misalnya teknik metalurgi, ilmu tentang pengecoran besi dan baja. Belakangan, ilmu yang hanya kita kenal di Majapahit ini, hanya sebatas membuat keris, tombak, dan pedang.<>

Ternyata ketika saya baca kisah Vasco da Gama, kata Agus, saya menemukan fakta bahwa teknologi metalurgi di Jawa sudah maju. Kenapa? Pada saat pasukan Portugis yang dipimpin d’Abuquerque menyerang Malaka, dia sudah mendapat informasi dari salah satu anak buahnya, untuk hati-hati mendekati Malaka.

“Dia mengimbau untuk berhati-hati Karena Malaka sudah dilengkapi dengan meriam-meriam ukuran besar yang dibeli dari Jawa,” ujarnya dalam kegiatan Halaqah Islam Nusantara yang digelar Pascasarjana STAINU Jakarta, Jum’at (17/4) lalu di Kampus STAINU Jakarta, Jl Taman Amir Hamzah Jakarta Pusat.

Salah satu Dosen Pakar di Pascasarjana STAINU Jakarta ini menambahkan, ada 20 ribu prajurit bayaran dari Jawa untuk Malaka. Saat itulah salah satu kapal d’Abuquerque hancur dan akhirnya mundur. Akhirnya, dia memerintahkan mata-matanya untuk membeli orang Jawa sebanyak 500 prajurit di sebuah benteng punya Malaka.

“Dari benteng dengan para prajurit yang sudah dibeli itulah Malaka akhirnya jatuh pada tanggal 23 Agustus 1511. Karena pasukan Portugis aman masuk Malaka lewat benteng yang prajuritnya sudah dibeli tersebut,” jelas Wakil Ketua PP Lesbumi NU ini.

Dari catatan itu, imbuhnya, semua benteng Malaka yang dijarah orang-orang Portugis, diperoleh rampasan 2000 meriam besi berukuran besar dan ada 3000 meriam kecil yang terbuat dari bahan kuningan buatan Jepara. “Itu catatan Portugis, kita tidak menemukan catatan itu,” ungkap Pengasuh Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin Malang ini.

Jika yang dirampas puluhan meriam, lanjutnya, mungkin masih bisa dipertanyakan, ini 5000 meriam. Kita tidak punya catatan itu, sampai dulu saya itu punya asumsi yang pertama kali membawa meriam itu orang-orang Portugis, ternyata itu hasil rampasan perang yang merupakan buatan orang-orang nusantara.

Dia juga menerangkan, meriam ini sejak zaman Majaphit sudah ada. Mereka membuatnya sendiri. “Ada salah satu santri saya yang kuliah di New York, dia mengirim foto salah satu koleksi Metropolitan Museum, yakni meriam buatan Majapahit abad ke-13, sebelum era Walisongo. Sedangkan penemu meriam asal Eropa, Alfred Noble membuatnya pada abad ke-15,” paparnya.

Ketika saya baca kidung lama, kidung Panji Wijoyo Kromo, ucap Agus, kidung yang ditulis pada zaman Majapahit akhir, ada istilah yang aneh, bedil besar, ada istilah lagi juru mudining bedil besar. “Ternyata ketika saya cek di kamus Mulder, benar bedil besar artinya meriam. Jadi juru mudining bedil besar itu artinya operator meriam,” terangnya.

Jadi, lanjut Dosen FIB Universitas Brawijaya Malang ini, Majapahit sudah mampu membuat meriam. Namun dikembangkan di Demak menjadi ukuran yang lebih besar dan diperdagangkan, tetapi kalau Majapahit tidak diperdagangkan.

Lebih jauh, Agus menjelaskan, istilah bedil besar itu dari India. Belakangan diketahui Majapahit jika membuat keris, pedang, bedil besar, dan lain-lain, mereka mengimpor besi dari Khurasan, India. Di Majapahit sendiri, tuturnya, menyebutnya Wesi Khurasani, itu baja putih seperti titanium. Pada zaman itu mereka sudah mengimpor karena orang-orang Majapahit itu maritim, mereka kemana-mana.

“Merosotnya pada zaman Mataram, masuk ke pedalaman. Orang pedalaman itu tidak kenal bangsa asing, hanya kenal sawah, hutan dan pegunungan dengan segala ‘hantunya’. Sebab itu, meriam di zaman Mataran dimintai berkah, itu suatu kemerosotan yang luar biasa,” tandasnya. (Fathoni)



Foto: Meriam ukuran besar produksi Jepara yang saat ini bisa dijumpai di depan reruntuhan Benteng Surosowan Banten.
sumber : NUonline

Sunday, June 5, 2016

Bukti-bukti yang Konvergen tentang Atlantis di Indonesia

 

Bukti-bukti yang Konvergen

Oleh Dhani Irwanto, 4 September 2015
Kisah Atlantis datang kepada kita dari Timaeus dan Critias, dua dialog Socrates, yang ditulis pada sekitar 360 SM oleh Plato. Ada empat orang dalam sebuah pertemuan yang telah bertemu pada hari sebelumnya untuk mendengarkan Socrates (ca 469-399 SM) menggambarkan mengenai sebuah negara yang ideal. Socrates ingin Timaeus dari Locri, Hermocrates, dan Critias untuk menceritakan kisah-kisah tentang interaksi Athena dengan negara-negara lain. Yang pertama adalah Critias, yang berbicara tentang pertemuan kakek buyutnya dengan Solon (ca 638-559 SM), salah satu dari tujuh orang bijak, seorang penyair Athena dan penata hukum yang terkenal, saat berkunjung ke Sais, Mesir pada sekitar 590 SM. Pada saat Solon di Mesir, pendeta disana membandingkan Mesir dengan Athena, dan bercerita tentang dewa-dewa dan legenda masing-masing. Salah satu kisah pendeta Mesir tersebut adalah tentang Atlantis. Para pendeta mengaku memiliki akses perihal catatan tentang Atlantis yang tertulis pada pilar-pilar didalam kuil. Setelah mendapatkan pengetahuan tentang kisah Atlantis, Solon menuliskannya dalam puisi-puisi dan membawanya kedalam pengetahuan orang Yunani.
Plato tidak mendengar kisah asli Atlantis, tetapi dari cerita Solon sekitar 300 tahun sebelumnya yang mendengar kisah tersebut dari pendeta Mesir yang membacanya dari catatan-catatan didalam kuil. Solon tidak membaca kisah tersebut secara langsung; tetapi pendeta Mesir – yang ahli dalam hieroglif – yang menceritakan kepada Solon tentang apa yang tertulis didalam catatan mengenai kisah Atlantis yang hilang tersebut. Plato mendengar kisah tersebut dari Critias yang merupakan cicit Solon, dengan demikian kisah tersebut telah diwariskan sebanyak 3 generasi sebelum sampai kepadanya.
Kedua sumber kisah Atlantis dalam catatan Mesir maupun puisi Solon tidak ditemukan sampai sekarang. Oleh karena itu, dialog-dialog Plato, yaitu Timaeus dan Critias, merupakan referensi yang paling awal mengenai kisah Atlantis (dengan alasan yang tidak diketahui, Plato tidak pernah menyelesaikan Critias). Dialog-dialog tersebut, oleh karena itu, merupakan satu-satunya sumber fenotip Atlantis yang paling lengkap.
Penulis menerapkan perumpamaan “model partikulat warisan”, yang biasa digunakan dalam ilmu biologi, dimana seolah-olah fenotip kisah Atlantisnya Plato diwariskan dari fenotip asli catatan di Mesir, sebagai sebuah kontinum dalam serangkaian “keturunan”. Dalam proses ini, fenotip “warisan” ditentukan oleh faktor-faktor “genotip”, “epigenetik” dan “lingkungan tak-terwariskan” dari “leluhurnya”. Faktor “genotip” adalah bagian (“rangkaian DNA”) “genetik” kisah tersebut. Faktor “epigenetik” adalah variasi sifat fenotipik kisah tersebut yang disebabkan oleh faktor eksternal atau lingkungan. Faktor “lingkungan tak-terwariskan” adalah distorsi, hiasan dan perwujudan kisah tersebut oleh pencerita. “Mutasi genetik” kisah mungkin dapat juga terjadi didalam proses “pewarisan” tersebut. Satu-satunya yang dikenal sekarang adalah fenotip yang telah terwariskan, sehingga faktor-faktor tersebut diatas tidak terdeteksi, tapi pasti telah mempengaruhi.
Setelah penelitian yang komprehensif, penulis mengungkapkan teori baru yang menghipotesiskan bahwa pulau dan kota Atlantis yang hilang terletak di Laut Jawa, seperti dituliskan dalam buku Atlantis: The lost city is in Java Sea, yang diterbitkan pada bulan April 2015. Karya tersebut dihasilkan dari penelitian dan analisis referensi serta beberapa pengamatan lapangan selama lebih dari 5 tahun. Hal ini menghasilkan bukti-bukti hipotesis tersebut yang konvergen bahwa fenotip kisah Atlantis adalah sesuai dengan lokasi yang dimaksud.
Atlantis Geography
Atlantis Geography
Atlantis Geography
Tabel berikut menunjukkan ringkasan bukti-bukti fenotip kisah Atlantis di lokasi yang dihipotesiskan. Beberapa bukti kurang penting lainnya tidak tercantum.
No
Fenotip[1]
Rujukan oleh Plato
Kecocokan
Bagian didalam Timaeus
Bagian didalam Critias 
A
NEGARA
1
Pada suatu tempat yang jauh di “Samudera Atlantik” (pemahaman Yunani kuno)
24e
“Samudera Atlantik” dalam pemahaman Yunani kuno adalah seluruh samudera di dunia.
2
Lebih besar dari gabungan “Libya” dan “Asia” (Asia Kecil) (pemahaman Yunani kuno)
24e
108e
Luas Sundalandia adalah lebih besar daripada luas gabungan Libya dan Asia Kecil.
3
Jalan menuju pulau-pulau lain
24e
Di sebelah timur Sundalandia terdapat banyak pulau (Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Papua, Mindanau, Luzon).
4
Dapat mencapai benua di seberangnya yang meliputi samudera yang sebenarnya
24e
Benua Sahul (gabungan Australia dan Papua) terdapat di seberang Sundalandia.
5
Bentang daratan seluruh negeri, di wilayah pada sisi samudera, menjulang tinggi dan terjal
118a
Pegunungan dan gunung-gunung di Pulau Jawa dan Sumatera berada di sisi samudera.
6
Sebuah bukit kecil dan dataran yang rata dan luas dekat laut, dapat dicapai kapal dan perahu dari laut; saluran air pada dataran yang dialirkan menuju laut
113c, 113e, 118d
Sebuah pulau di Laut Jawa pada 11.600 tahun yang lalu
7
Di seberang tugu batas, orang Yunani menyebutnya “Tugu Herakles
24e, 25c
108e, 114b
Tugu-tugu batas yang dihiasi dengan muka Batara Kala
8
Didepan sebuah selat
24e, 25a
Selat antara Pulau Madura dan Kalimantan pada 11.600 tahun yang lalu
9
Laut yang dikelilingi oleh benua tak terbatas
25a
Laut Jawa pada 11.600 tahun yang lalu
10
Ada beberapa pulau di laut
24e
114c
Pulau-pulau di Laut Jawa pada 11.600 tahun yang lalu
11
Beriklim dua musim – “panas” (kemarau) dan “dingin” (hujan)
112d, 118e
Sundalandia terdapat pada daerah iklim tropis yang memiliki 2 musim.
12
Mata air panas dan dingin
113e, 117a
Sundalandia terdapat pada daerah vulkanik paling aktif di dunia, banyak terdapat mata air panas (dan dingin).
13
Berlimpah air berkat curah hujan yang tinggi
111c
Sundalandia dikelilingi oleh lautan, menerima sinar matahari yang lebih dan banyak pegunungan sehingga curah hujannya tinggi.
14
Iklim dengan suhu udara yang amat nyaman
111e, 112d
Sundalandia berada di daerah tropis, pada 11.600 tahun lalu memiliki suhu udara hanya 2 – 3° C lebih dingin dari sekarang sedangkan di daerah non tropis jauh lebih dingin.
15
Tanahnya subur, terbaik untuk pertanian dan peternakan
111e, 113c
Sundalandia terkenal dengan kesuburan tanahnya akibat banyaknya gunung berapi dan curah hujan yang tinggi, menjadikan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
16
Keragaman flora dan fauna yang sangat luas
114e, 115a, 115b
Sundalandia memiliki keragaman dan endemisitas flora dan fauna yang sangat tinggi.
17
Gajah, kuda, “banteng” dan lumba-lumba
114e, 116e, 117c 117e, 119b, 119d 120a
Gajah, kuda, banteng/kerbau dan lumba-lumba terdapat di Sundalandia.
18
Berlimpah makanan untuk mempertahankan peradaban dan menciptakan angkatan perang (sekitar 20 juta orang)
111e, 118e, 119a
Tanah subur, air melimpah dan sinar matahari tinggi di Sundalandia menjadikan berlimpah makanan, berlebih untuk dikonsumsi oleh 20 juta orang, tidak mungkin ada di bagian dunia yang lain.
19
Peradaban yang maju pada zamannya
24e, 25a
Jumlah penduduk yang tinggi dan ketersedian bahan yang berlimpah akan menciptakan teknologi, seperti pembuatan kapal, benteng, peralatan tempur dan bangunan monumental.
20
Gempabumi dan “banjir” dari laut (tsunami)
25c, 25d
108e, 111a, 112a
Sundalandia merupakan daerah dengan frekuensi dan intensiatas gempabumi dan tsunami yang tertinggi di dunia.
21
Terbenam tak henti-hentinya (kenaikan muka air laut pasca-glasial)
111b, 111c
Sundalandia pada 11.600 tahun yang lalu (periode pasca-glasial) mengalami kenaikan permukaan laut yang cepat, pada akhir Dryas Muda.
22
Laut di lokasi ibukota Atlantis “sekarang” (waktu Solon) tidak dapat dilewati dan ditembus karena adanya  “karang tanah liat” (terumbu karang), yang disebabkan oleh “penurunan” pulau (kenaikan muka air laut)
25d
Tenggelamnya bangunan-bangunan terbuat dari batu menyebabkan tumbuhnya terumbu karang, banyak terdapat di Laut Jawa.
23
“Kota Atlantis” sekarang berada dibawah laut
25d
Permukaan Laut Jawa dalam waktu 11.600 tahun terakhir telah naik setinggi kurang lebih 60 meter.
B
HASIL BUMI (“BUAH”)

24
Dua kali panen setiap tahun, di “musim dingin” (musim hujan) diairi oleh hujan dan di “musim panas” (musim kemarau) oleh irigasi dari kanal
118e
Praktek pertanian padi yang asli di Asia Tenggara adalah tadah hujan pada musim hujan dan irigasi sederhana dari sungai pada musim kemarau, yang menghasilkan 2 kali panen dalam setahun.
25
Akar-akaran, daun-daunan, kayu-kayuan dan esens disuling dari “buah” dan bunga
115a
Asia Tenggara terkenal di dunia dengan rempah-rempahnya, termasuk minyak rempah-rempah. Juga terkenal dengan bumbu dan jamu dari rempah-rempah.
26
“Buah” yang dibudidayakan, dikeringkan, untuk makanan dan lainnya, yang digunakan sebagai makanan pokok – berbentuk butir
115a
Beras
27
“Buah” yang memiliki kulit keras, airnya dapat diminum, ada dagingnya dan dapat digunakan sebagai minyak urapan 
115b
Kelapa
28
Sejenis kacang-kacangan, yang memberikan kesenangan dan hiburan
115b
Kopi
29
“Buah” yang dibusukkan dengan dipelihara, yang kita gunakan sebagai cuci mulut setelah makan malam
115b
Tape atau tapai
30
Menakjubkan dan dalam kelimpahan tak terbatas
115b
Hasil bumi yang berlimpah di Sundalandia
C
DATARAN LUAS DEKAT IBUKOTA
31
Di dekat dan di sekitar kota terdapat dataran sangat luas
118a
Dataran luas di Kalimantan bagian selatan pada 11.600 tahun yang lalu
32
Dikelilingi oleh pegunungan yang menurun menuju laut
118a
Bagian utara dan timur dataran dikelilingi oleh Pegunungan Muller-Schwaner dan Pegunungan Meratus.
33
Halus dan rata
118a
Datarannya adalah hampir datar dan rata, tanpa adanya gundukan yang berarti. Saat ini, pasang surut laut dapat mencapai sejauh 160 km masuk ke sungai-sungainya.
34
Bentuk umumnya adalah persegi panjang dan lonjong
118a, 118c
Dataran tersebut berbentuk persegi panjang dan lonjong.
35
Membentang dalam arah memanjang 3.000 stadium (± 555 km), melintang 2.000 stadium (± 370 km)
118a
Ukurannya adalah sama persis, yaitu ± 555 km memanjang dan ± 370 km melintang.
36
Mengarah ke selatan, terlindung dari utara
118b
Mengarah ke selatan ke laut Jawa dan terlindung oleh pegunungan di utaranya.
37
Dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar dan kecil yang indah; terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur
118b
Pegunungan Muller-Schwaner dan Meratus terdiri dari bukit-bukit besar dan kecil. Didalam dataran terdapat desa-desa yang makmur tersedia oleh alam.
38
Sungai, rawa dan sabana  – persediaan makanan yang berlimpah untuk semua hewan, liar atau jinak
118b
Pada dataran terdapat sungai-sungai, rawa-rawa dan sabana-sabana, serta fauna yang sangat beragam.
39
Berbagai macam kayu – berlimpah untuk bermacam-macam karya
118b
Pulau Kalimantan sebagian besar terdiri dari hutan, dengan kayu berkualitas yang beragam.
D
SALURAN AIR DALAM DATARAN
Saluran keliling
40
Luar biasa besarnya, tak diduga bahwa itu buatan
118c
Sungai-sungai di Kalimantan bagian selatan (Barito, Kapuas, Murung, Kahayan dan Sebangau) ukurannya cukup besar.
41
Dalamnya 100 kaki (± 30 m), lebarnya 1 stadium (± 185 m), panjangnya 10.000 stadium (± 1.850 km)
118c
Kapasitas (dilihat dari luas penampang) sungai-sungai tersebut adalah rata-rata 5.600 m2, sesuai dengan gambaran Plato yaitu 5.500 m2. Keliling dataran pada 11.600 tahun yang lalu adalah sama persis, yaitu ± 1.850 km.
42
Mendapatkan aliran dari pegunungan
118d
Bersumber dari Pegunungan Muller-Schwaner dan Meratus
Saluran pedalaman dan terusan
43
Lurus, lebarnya sekitar 100 kaki (30 m), intervalnya sekitar 100 stadia (18,5 km) dan bermuara kedalam saluran keliling
118d
Sungai-sungai di Kalimantan bagian selatan secara umum adalah lurus dan sejajar mengalir kearah selatan. Intervalnya adalah sekitar 20 km, mendekati gambaran Plato yaitu sekitar 18.5 km.
44
Terusan digali dari saluran pedalaman yang satu ke yang lain
118e
Terusan-terusan yang menghubungkan antar sungai-sungai besar terdapat pada dataran, dikenal dengan istilah “anjir” atau “antasan”.
45
Digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal
118e
Sampai saat ini masih digunakan sebagai sarana transportasi.
Saluran irigasi
46
Menyadap dari saluran yang lain
118e
Sistem irigasi di Kalimantan bagian selatan, dikenal dengan sistem “anjir”, menyadap dari sungai atau anjir untuk mengairi sawah.
47
Mengairi lahan di “musim panas” (musim kemarau) sementara di “musim dingin” (musim hujan) mendapatkan air dari hujan, menghasilkan dua kali panen dalam setahun
118e
Pertanian sistem anjir adalah gabungan sawah tadah hujan dan irigasi, menghasilkan 2 kali panen dalam setahun.
E
MINERAL DAN BATUAN
48
“Kuningan”/”perunggu” (tembaga, timah dan seng)
116b, 116c
Mineral pembentuk kuningan dan perunggu (tembaga, timah dan seng) berlimpah di Sundalandia.
49
Timah
116b, 116c
Timah berlimpah di Sundalandia
50
“Orichalcum”, mineral lebih berharga dari apa pun kecuali emas, gemerlap, berwarna merah, sumberdayanya melimpah
114e, 116c, 116d
Zirkon berlimpah di Kalimantan bagian selatan dan barat, dapat dibuat menjadi batu permata yang bernilai tinggi, kedua setelah emas, gemerlap. Zirkon merah disebut hyacinth.
51
Emas
114e, 116c, 116d, 116e
Emas sangat berlimpah di Kalimantan bagian selatan dan di Sundalandia pada umumnya.
52
Perak
116d, 116e
Perak berlimpah di Sundalandia.
53
Batu-batunya berwarna hitam, putih dan merah
116a, 116b
Batuan di Pulau Bawean (prototip Pulau Atlantis) adalah berwarna hitam/abu-abu (basa), putih (asam) dan merah (oksida besi).
54
Batuannya dapat dilubangi untuk dermaga ganda
116a, 116b
Pulau Bawean terdiri dari batuan beku yang keras dan kuat.
F
MITOS DAN ADAT-ISTIADAT
55
“Poseidon” (dewa laut atau air, penata hukum)
113c 113e, 116c, 116d, 117b, 119c, 119d
Dewa Baruna (dewa laut atau air, penata hukum)
56
Herakles” (anak dewa tertinggi Zeus, kelahirannya tidak senonoh, memiliki selera yang tak terpuaskan, sangat kasar, brutal dan keras)
24e, 25c
108e, 114b
Batara Kala (anak dewa tertinggi Batara Guru, kelahirannya tidak senonoh, memiliki selera yang tak terpuaskan, sangat kasar, brutal dan keras)
57
Korban “banteng” (kerbau)
119d 120c
Upacara adat korban kerbau banyak terdapat di Asia Tenggara dan Tengah, antara lain dalam masyarakat Dayak, Toraja, Sumba dan Batak.
58
Candi atau piramida (punden berundak)
116c, 116d, 116e, 117c, 119c
Punden berundak adalah budaya asli Sundalandia dan Austronesia pada umumnya.
59
Aktifitas maritim
114d, 115c 116a, 117d, 117e, 119b
Sundalandia dan Austronesia pada umumnya terkenal dengan budaya maritimnya.
60
Transportasi air
118e
Budaya perahu dan kapal adalah budaya khas Nusantara.



[1] Frase-frase atau nama-nama dalam tanda kutip, sedapat mungkin diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, seperti yang ditulis oleh Plato, baik terjemahan dari rujukan asli dalam Bahasa Yunani atau istilah yang tidak ditemukan dalam bahasa Yunani. Frase-frase dalam kurung adalah interpretasi oleh penulis.
***
Hak Cipta © 2015, Dhani Irwanto 
Berdasarkan naskah asli Evidence in Hypothesized Location

E-learning