Bukti-bukti yang Konvergen
Oleh Dhani Irwanto, 4 September 2015
Kisah Atlantis datang kepada kita dari Timaeus dan Critias, dua dialog 
Socrates, yang ditulis pada sekitar 360 SM oleh Plato. Ada empat orang 
dalam sebuah pertemuan yang telah bertemu pada hari sebelumnya untuk 
mendengarkan Socrates (ca 469-399 SM) menggambarkan mengenai sebuah 
negara yang ideal. Socrates ingin Timaeus dari Locri, Hermocrates, dan 
Critias untuk menceritakan kisah-kisah tentang interaksi Athena dengan 
negara-negara lain. Yang pertama adalah Critias, yang berbicara tentang 
pertemuan kakek buyutnya dengan Solon (ca 638-559 SM), salah satu dari 
tujuh orang bijak, seorang penyair Athena dan penata hukum yang 
terkenal, saat berkunjung ke Sais, Mesir pada sekitar 590 SM. Pada saat 
Solon di Mesir, pendeta disana membandingkan Mesir dengan Athena, dan 
bercerita tentang dewa-dewa dan legenda masing-masing. Salah satu kisah 
pendeta Mesir tersebut adalah tentang Atlantis. Para pendeta mengaku 
memiliki akses perihal catatan tentang Atlantis yang tertulis pada 
pilar-pilar didalam kuil. Setelah mendapatkan pengetahuan tentang kisah 
Atlantis, Solon menuliskannya dalam puisi-puisi dan membawanya kedalam 
pengetahuan orang Yunani.
Plato tidak mendengar kisah asli Atlantis, tetapi dari cerita Solon 
sekitar 300 tahun sebelumnya yang mendengar kisah tersebut dari pendeta 
Mesir yang membacanya dari catatan-catatan didalam kuil. Solon tidak 
membaca kisah tersebut secara langsung; tetapi pendeta Mesir – yang ahli
 dalam hieroglif – yang menceritakan kepada Solon tentang apa yang 
tertulis didalam catatan mengenai kisah Atlantis yang hilang tersebut. 
Plato mendengar kisah tersebut dari Critias yang merupakan cicit Solon, 
dengan demikian kisah tersebut telah diwariskan sebanyak 3 generasi 
sebelum sampai kepadanya.
Kedua sumber kisah Atlantis dalam catatan Mesir maupun puisi Solon tidak
 ditemukan sampai sekarang. Oleh karena itu, dialog-dialog Plato, yaitu Timaeus dan Critias,
 merupakan referensi yang paling awal mengenai kisah Atlantis (dengan 
alasan yang tidak diketahui, Plato tidak pernah menyelesaikan Critias). Dialog-dialog tersebut, oleh karena itu, merupakan satu-satunya sumber fenotip Atlantis yang paling lengkap.
Penulis menerapkan perumpamaan “model partikulat warisan”, yang biasa 
digunakan dalam ilmu biologi, dimana seolah-olah fenotip kisah 
Atlantisnya Plato diwariskan dari fenotip asli catatan di Mesir, sebagai
 sebuah kontinum dalam serangkaian “keturunan”. Dalam proses ini, 
fenotip “warisan” ditentukan oleh faktor-faktor “genotip”, “epigenetik” 
dan “lingkungan tak-terwariskan” dari “leluhurnya”. Faktor “genotip” 
adalah bagian (“rangkaian DNA”) “genetik” kisah tersebut. Faktor 
“epigenetik” adalah variasi sifat fenotipik kisah tersebut yang 
disebabkan oleh faktor eksternal atau lingkungan. Faktor “lingkungan 
tak-terwariskan” adalah distorsi, hiasan dan perwujudan kisah tersebut 
oleh pencerita. “Mutasi genetik” kisah mungkin dapat juga terjadi 
didalam proses “pewarisan” tersebut. Satu-satunya yang dikenal sekarang 
adalah fenotip yang telah terwariskan, sehingga faktor-faktor tersebut 
diatas tidak terdeteksi, tapi pasti telah mempengaruhi.
Setelah penelitian yang komprehensif, penulis mengungkapkan teori baru yang menghipotesiskan bahwa pulau dan kota Atlantis yang hilang terletak di Laut Jawa, seperti dituliskan dalam buku Atlantis: The lost city is in Java Sea,
 yang diterbitkan pada bulan April 2015. Karya tersebut dihasilkan dari 
penelitian dan analisis referensi serta beberapa pengamatan lapangan 
selama lebih dari 5 tahun. Hal ini menghasilkan bukti-bukti hipotesis 
tersebut yang konvergen bahwa fenotip kisah Atlantis adalah sesuai 
dengan lokasi yang dimaksud.
Tabel berikut menunjukkan ringkasan bukti-bukti fenotip kisah Atlantis 
di lokasi yang dihipotesiskan. Beberapa bukti kurang penting lainnya 
tidak tercantum.
| 
No | 
Fenotip[1] | 
Rujukan oleh Plato | 
Kecocokan | |
| 
Bagian didalam Timaeus | 
Bagian didalam Critias  | |||
| 
A | 
NEGARA | |||
| 
1 | 
Pada suatu tempat yang jauh di “Samudera Atlantik” (pemahaman
  Yunani kuno) | 
24e | 
“Samudera Atlantik” dalam pemahaman Yunani kuno adalah seluruh
  samudera di dunia. | |
| 
2 | 
Lebih besar dari gabungan “Libya” dan “Asia” (Asia Kecil)
  (pemahaman Yunani kuno) | 
24e | 
108e | 
Luas Sundalandia adalah lebih besar daripada luas gabungan Libya
  dan Asia Kecil.  | 
| 
3 | 
Jalan menuju pulau-pulau lain | 
24e | 
Di sebelah timur Sundalandia terdapat banyak pulau (Sulawesi,
  Nusatenggara, Maluku, Papua, Mindanau, Luzon). | |
| 
4 | 
Dapat mencapai benua di seberangnya yang meliputi samudera yang
  sebenarnya | 
24e | 
Benua Sahul (gabungan Australia dan Papua) terdapat di seberang
  Sundalandia. | |
| 
5 | 
Bentang daratan seluruh negeri, di wilayah pada sisi samudera, menjulang tinggi dan terjal | 
118a | 
Pegunungan dan gunung-gunung di Pulau Jawa dan Sumatera
  berada di sisi samudera. | |
| 
6 | 
Sebuah bukit kecil dan dataran yang rata dan luas dekat laut,
  dapat dicapai kapal dan perahu dari laut; saluran air pada dataran yang
  dialirkan menuju laut | 
113c, 113e, 118d | 
Sebuah pulau di Laut Jawa pada 11.600 tahun yang lalu | |
| 
7 | 
Di seberang tugu batas, orang Yunani menyebutnya “Tugu Herakles” | 
24e, 25c | 
108e, 114b | 
Tugu-tugu batas yang dihiasi dengan muka Batara Kala | 
| 
8 | 
Didepan sebuah selat | 
24e, 25a | 
Selat antara Pulau Madura dan Kalimantan pada 11.600 tahun yang
  lalu | |
| 
9 | 
Laut yang dikelilingi oleh benua tak terbatas | 
25a | 
Laut Jawa pada 11.600 tahun yang lalu | |
| 
10 | 
Ada beberapa pulau di laut | 
24e | 
114c | 
Pulau-pulau di Laut Jawa pada 11.600 tahun yang lalu | 
| 
11 | 
Beriklim dua musim – “panas” (kemarau) dan “dingin” (hujan) | 
112d, 118e | 
Sundalandia terdapat pada daerah iklim tropis yang memiliki 2
  musim. | |
| 
12 | 
Mata air panas dan dingin | 
113e, 117a | 
Sundalandia terdapat pada daerah
  vulkanik paling aktif di dunia, banyak terdapat mata air panas (dan dingin). | |
| 
13 | 
Berlimpah air berkat curah hujan yang tinggi | 
111c | 
Sundalandia dikelilingi oleh lautan,
  menerima sinar matahari yang lebih dan banyak pegunungan sehingga curah
  hujannya tinggi. | |
| 
14 | 
Iklim dengan suhu udara yang amat nyaman | 
111e, 112d | 
Sundalandia berada di daerah tropis, pada 11.600 tahun lalu
  memiliki suhu udara hanya 2 – 3° C lebih dingin dari sekarang sedangkan di
  daerah non tropis jauh lebih dingin.  | |
| 
15 | 
Tanahnya subur, terbaik untuk pertanian dan peternakan | 
111e, 113c | 
Sundalandia terkenal dengan kesuburan
  tanahnya akibat banyaknya gunung berapi dan curah hujan yang tinggi,
  menjadikan pertumbuhan penduduk yang tinggi. | |
| 
16 | 
Keragaman flora dan fauna yang sangat luas | 
114e, 115a, 115b | 
Sundalandia memiliki keragaman dan endemisitas
  flora dan fauna yang sangat tinggi. | |
| 
17 | 
Gajah, kuda, “banteng” dan lumba-lumba | 
114e, 116e, 117c – 117e, 119b, 119d – 120a | 
Gajah, kuda, banteng/kerbau dan lumba-lumba terdapat di
  Sundalandia. | |
| 
18 | 
Berlimpah makanan untuk mempertahankan peradaban dan menciptakan
  angkatan perang (sekitar 20 juta orang) | 
111e, 118e, 119a | 
Tanah subur, air melimpah dan sinar
  matahari tinggi di Sundalandia menjadikan berlimpah makanan, berlebih untuk
  dikonsumsi oleh 20 juta orang, tidak mungkin ada di bagian dunia yang lain. | |
| 
19 | 
Peradaban yang maju pada zamannya | 
24e, 25a | 
Jumlah penduduk yang tinggi dan
  ketersedian bahan yang berlimpah akan menciptakan teknologi, seperti
  pembuatan kapal, benteng, peralatan tempur dan bangunan monumental. | |
| 
20 | 
Gempabumi dan “banjir” dari laut (tsunami) | 
25c, 25d | 
108e, 111a, 112a | 
Sundalandia merupakan daerah dengan
  frekuensi dan intensiatas gempabumi dan tsunami yang tertinggi di dunia. | 
| 
21 | 
Terbenam tak henti-hentinya (kenaikan muka air laut
  pasca-glasial) | 
111b, 111c | 
Sundalandia pada 11.600 tahun yang lalu
  (periode pasca-glasial) mengalami kenaikan permukaan laut yang cepat, pada
  akhir Dryas Muda. | |
| 
22 | 
Laut di lokasi ibukota Atlantis “sekarang” (waktu Solon) tidak
  dapat dilewati dan ditembus karena adanya  “karang tanah liat” (terumbu
  karang), yang disebabkan oleh “penurunan” pulau (kenaikan muka air laut) | 
25d | 
Tenggelamnya bangunan-bangunan terbuat
  dari batu menyebabkan tumbuhnya terumbu karang, banyak terdapat di Laut Jawa. | |
| 
23 | 
“Kota Atlantis” sekarang berada dibawah laut | 
25d | 
Permukaan Laut Jawa dalam waktu 11.600
  tahun terakhir telah naik setinggi kurang lebih 60 meter. | |
| 
B | 
HASIL BUMI (“BUAH”) | |||
| 
24 | 
Dua kali panen setiap tahun, di “musim dingin” (musim hujan) diairi oleh
  hujan dan di “musim panas” (musim kemarau) oleh irigasi dari kanal | 
118e | 
Praktek pertanian padi yang asli di Asia Tenggara adalah tadah
  hujan pada musim hujan dan irigasi sederhana dari sungai pada musim kemarau,
  yang menghasilkan 2 kali panen dalam setahun. | |
| 
25 | 
Akar-akaran, daun-daunan, kayu-kayuan dan esens disuling dari
  “buah” dan bunga | 
115a | 
Asia Tenggara terkenal di dunia dengan
  rempah-rempahnya, termasuk minyak rempah-rempah. Juga terkenal dengan bumbu
  dan jamu dari rempah-rempah. | |
| 
26 | 
“Buah” yang dibudidayakan, dikeringkan, untuk makanan dan
  lainnya, yang digunakan sebagai makanan pokok – berbentuk butir | 
115a | 
Beras | |
| 
27 | 
“Buah” yang memiliki kulit keras, airnya dapat diminum, ada
  dagingnya dan dapat digunakan sebagai minyak urapan  | 
115b | 
Kelapa | |
| 
28 | 
Sejenis kacang-kacangan, yang memberikan kesenangan dan hiburan | 
115b | 
Kopi | |
| 
29 | 
“Buah” yang dibusukkan dengan dipelihara, yang kita gunakan
  sebagai cuci mulut setelah makan malam | 
115b | 
Tape atau tapai | |
| 
30 | 
Menakjubkan dan dalam kelimpahan tak terbatas | 
115b | 
Hasil bumi yang berlimpah di Sundalandia | |
| 
C | 
DATARAN LUAS DEKAT IBUKOTA | |||
| 
31 | 
Di dekat dan di sekitar kota terdapat dataran sangat luas | 
118a | 
Dataran luas di Kalimantan bagian
  selatan pada 11.600 tahun yang lalu | |
| 
32 | 
Dikelilingi oleh pegunungan yang menurun menuju laut | 
118a | 
Bagian utara dan timur dataran
  dikelilingi oleh Pegunungan Muller-Schwaner dan Pegunungan Meratus.  | |
| 
33 | 
Halus dan rata | 
118a | 
Datarannya adalah hampir datar dan rata,
  tanpa adanya gundukan yang berarti. Saat ini, pasang surut laut dapat
  mencapai sejauh 160 km masuk ke sungai-sungainya. | |
| 
34 | 
Bentuk umumnya adalah persegi panjang dan lonjong | 
118a, 118c | 
Dataran tersebut berbentuk persegi
  panjang dan lonjong. | |
| 
35 | 
Membentang dalam arah memanjang 3.000 stadium (± 555 km),
  melintang 2.000 stadium (± 370 km) | 
118a | 
Ukurannya adalah sama persis, yaitu ± 555 km
  memanjang dan ± 370
  km melintang. | |
| 
36 | 
Mengarah ke selatan, terlindung dari utara | 
118b | 
Mengarah ke selatan ke laut Jawa dan
  terlindung oleh pegunungan di utaranya. | |
| 
37 | 
Dikelilingi oleh sederetan pegunungan besar dan kecil yang
  indah; terdapat desa-desa dan rakyat yang makmur | 
118b | 
Pegunungan Muller-Schwaner dan Meratus
  terdiri dari bukit-bukit besar dan kecil. Didalam dataran terdapat desa-desa
  yang makmur tersedia oleh alam. | |
| 
38 | 
Sungai, rawa dan sabana  – persediaan makanan yang berlimpah
  untuk semua hewan, liar atau jinak | 
118b | 
Pada dataran terdapat sungai-sungai,
  rawa-rawa dan sabana-sabana, serta fauna yang sangat beragam.  | |
| 
39 | 
Berbagai macam kayu – berlimpah untuk bermacam-macam karya | 
118b | 
Pulau Kalimantan sebagian besar terdiri
  dari hutan, dengan kayu berkualitas yang beragam. | |
| 
D | 
SALURAN AIR DALAM DATARAN | |||
| 
Saluran keliling | ||||
| 
40 | 
Luar biasa besarnya, tak diduga bahwa itu buatan | 
118c | 
Sungai-sungai di Kalimantan bagian
  selatan (Barito, Kapuas, Murung, Kahayan dan Sebangau) ukurannya cukup besar. | |
| 
41 | 
Dalamnya 100 kaki (± 30 m), lebarnya 1 stadium (± 185 m),
  panjangnya 10.000 stadium (± 1.850 km) | 
118c | 
Kapasitas (dilihat dari luas penampang)
  sungai-sungai tersebut adalah rata-rata 5.600 m2, sesuai dengan
  gambaran Plato yaitu 5.500 m2. Keliling dataran pada 11.600 tahun
  yang lalu adalah sama persis, yaitu ± 1.850 km. | |
| 
42 | 
Mendapatkan aliran dari pegunungan | 
118d | 
Bersumber dari Pegunungan
  Muller-Schwaner dan Meratus | |
| 
Saluran pedalaman dan terusan | ||||
| 
43 | 
Lurus, lebarnya sekitar 100 kaki (30 m), intervalnya sekitar 100
  stadia (18,5 km) dan bermuara kedalam saluran keliling | 
118d | 
Sungai-sungai di Kalimantan bagian
  selatan secara umum adalah lurus dan sejajar mengalir kearah selatan.
  Intervalnya adalah sekitar 20 km, mendekati gambaran Plato yaitu sekitar 18.5
  km. | |
| 
44 | 
Terusan digali dari saluran pedalaman yang satu ke yang lain | 
118e | 
Terusan-terusan yang menghubungkan antar
  sungai-sungai besar terdapat pada dataran, dikenal dengan istilah “anjir”
  atau “antasan”. | |
| 
45 | 
Digunakan untuk mengangkut kayu dan hasil bumi menggunakan kapal | 
118e | 
Sampai saat ini masih digunakan sebagai
  sarana transportasi. | |
| 
Saluran irigasi | ||||
| 
46 | 
Menyadap dari saluran yang lain | 
118e | 
Sistem irigasi di Kalimantan bagian
  selatan, dikenal dengan sistem “anjir”, menyadap dari sungai atau anjir
  untuk mengairi sawah. | |
| 
47 | 
Mengairi lahan di “musim panas” (musim kemarau) sementara di
  “musim dingin” (musim hujan) mendapatkan air dari hujan, menghasilkan dua
  kali panen dalam setahun | 
118e | 
Pertanian sistem anjir adalah
  gabungan sawah tadah hujan dan irigasi, menghasilkan 2 kali panen dalam
  setahun. | |
| 
E | 
MINERAL DAN BATUAN | |||
| 
48 | 
“Kuningan”/”perunggu” (tembaga, timah dan seng) | 
116b, 116c | 
Mineral pembentuk kuningan dan perunggu (tembaga, timah dan seng)
  berlimpah di Sundalandia. | |
| 
49 | 
Timah | 
116b, 116c | 
Timah berlimpah di Sundalandia | |
| 
50 | 
“Orichalcum”, mineral lebih berharga dari apa pun kecuali emas, gemerlap, berwarna merah,
  sumberdayanya melimpah | 
114e, 116c, 116d | 
Zirkon berlimpah di Kalimantan bagian
  selatan dan barat, dapat dibuat menjadi batu permata yang bernilai tinggi,
  kedua setelah emas, gemerlap. Zirkon merah disebut hyacinth. | |
| 
51 | 
Emas | 
114e, 116c, 116d, 116e | 
Emas sangat berlimpah di Kalimantan
  bagian selatan dan di Sundalandia pada umumnya. | |
| 
52 | 
Perak | 
116d, 116e | 
Perak berlimpah di Sundalandia. | |
| 
53 | 
Batu-batunya berwarna hitam, putih dan merah | 
116a, 116b | 
Batuan di Pulau Bawean (prototip Pulau
  Atlantis) adalah berwarna hitam/abu-abu (basa), putih (asam) dan merah (oksida
  besi). | |
| 
54 | 
Batuannya dapat dilubangi untuk dermaga ganda | 
116a, 116b | 
Pulau Bawean terdiri dari batuan beku
  yang keras dan kuat. | |
| 
F | 
MITOS DAN ADAT-ISTIADAT | |||
| 
55 | 
“Poseidon” (dewa laut atau air, penata hukum) | 
113c – 113e, 116c, 116d, 117b, 119c, 119d | 
Dewa Baruna (dewa laut atau air, penata hukum) | |
| 
56 | 
“Herakles” (anak dewa tertinggi Zeus, kelahirannya tidak senonoh, memiliki selera
  yang tak terpuaskan, sangat kasar, brutal dan keras) | 
24e, 25c | 
108e, 114b | 
Batara Kala (anak dewa tertinggi Batara Guru, kelahirannya tidak
  senonoh, memiliki selera yang tak terpuaskan, sangat kasar, brutal dan keras) | 
| 
57 | 
Korban “banteng” (kerbau) | 
119d – 120c | 
Upacara adat korban kerbau banyak
  terdapat di Asia Tenggara dan Tengah, antara lain dalam masyarakat Dayak,
  Toraja, Sumba dan Batak. | |
| 
58 | 
Candi atau piramida (punden berundak) | 
116c, 116d, 116e, 117c, 119c | 
Punden berundak adalah budaya asli
  Sundalandia dan Austronesia pada umumnya. | |
| 
59 | 
Aktifitas maritim | 
114d, 115c – 116a, 117d, 117e, 119b | 
Sundalandia dan Austronesia pada umumnya
  terkenal dengan budaya maritimnya. | |
| 
60 | 
Transportasi air | 
118e | 
Budaya perahu dan kapal adalah budaya
  khas Nusantara.  | |
[1]
 Frase-frase atau nama-nama dalam tanda kutip, sedapat mungkin 
diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, seperti yang ditulis oleh Plato,
 baik terjemahan dari rujukan asli dalam Bahasa Yunani atau istilah yang
 tidak ditemukan dalam bahasa Yunani. Frase-frase dalam kurung adalah 
interpretasi oleh penulis.
***
Hak Cipta © 2015, Dhani Irwanto 
Berdasarkan naskah asli Evidence in Hypothesized Location



 
 
 
No comments:
Write komentar