SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT Bahan Diskusi Pertemuan VI-VII Mempelajari sejarah filsafat berarti mempelajari perkembangan pemikiran para ahli-pikir dari zaman ke zaman. Dengan mengetahui ajaran-ajaran para filsuf ini dapatlah pula diketahui perkembangan pemikiran manusia. Setiap filsuf akan mengetengahkan suatu petualangan dalam lapangan berflkir. Mereka ingin memberikan penyelesaian terhadap semua persoalan yang ada di dunia. Apakah filsafat dapat menjawab semua pertanyaan itu sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti. Memang selalu ada usaha kearah penyelesaian. Itulah sebabnya maka masing-masing filsuf menjelaskan ajaran dan pandangannya untuk dapat diterima dan dapat memberikan penyelesaian atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu timbul. Jawaban mereka tidak selalu sama dan mungkin tidak selalu benar. Tetapi bagaimanapun juga mereka telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati untuk mencari kebijaksanaan sesuai dengan arti filsafat yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Kapan dimulainya pemikiran kefilsafatan, tidak dapat diketahui dengan pasti. Penemuan-penemuan di India menunjukkan bahwa sejarah filsafat di India dimulai dari 1500 SM. Hanya pembagian menurut periode secara tegas tidak dapat dikerjakan, karena kebanyakan karya-karya mereka tak dapat diketahui termasuk abad ke berapa karya-karya tersebut. Berbeda dengan sejarah filsafat Barat yang dengan jelas dapat diketahui perubahan-perubahan pemikiran dengan menonjolnya ahli-ahli filsafat, maka ahli filsafat India terkurung dalam pemikirannya, sehingga kita harus meraba-raba untuk menentukan kapan mereka itu hldup. Periode pertama dari filsafat India dimulai kira-kira 1500 — 500 SM dan periode ini adalah periode Veda menurut kitab-kitab yang memberikan informasi kepada kita. Periode kedua dimulai 500 - 1000 M adalah periode klasik dan setelah tahun ini sampai dewasa ini dikenal dengan periode sesudah klasik. Filsafat India ini diketahui di Eropa berkat seorang Perancis bernama Anquetil Duperron yang menterjemahkan Upanishad dari bahasa Persi yang terbit pada tahun 1801/1802. Sebelum Warren Hastings menterjemahkan Bhagavadgita ke dalam bahasa Inggris. Sesudah ini pada abad ke 19 berkembanglah pengetahuan tentang India yang dipelopori oteh Friedrich Schlegel, Max Muller dan Paul Deussen. Dengan sendirinya filsafat India mulai memberi pengaruh ke Eropa. Goethe, Herder dan terutama Schopenhauer dan Schelling mempelajari filsafat India. Di samping India, Tiongkok merupakan negara yang mempunyai pemikiran kefilsafatan yang setua India. Karena Tiongkok, seperti halnya dengan India, membentuk dunia sendiri, maka pengetahuan tentang mereka juga sukar ditemukan. Periode pertama dimulai dari abad ke 6 — abad ke 2 SM, dengan tema pokok Confucianisme, Taoisme dan Mohisme. Periode kedua iaiah periode abad pertengahan dari filsafat Tiongkok yang bertemakan Budhisme yang datang dari India. Periode ini dimulai abad ke 2 SM — 1000 M. Periode ketiga adalah periode yang dimulai dari tahun 1000 — dewasa ini, dengan adanya percampuran dari unsur-unsur baru, Tetapi meskipun begitu Neo Confucianisme selalu menjadi dasar utama. Pengetahuan tentang filsafat Tiongkok dimulai dengan datangnya pedagang-pedagang dari Venesia, di antaranya Marco Polo. Dari merekalah diketahui pemikiran-pemikiran Tiongkok. Leibniz termasuk orang pertama yang dapat mengerti pemikiran Tiongkok. Pada abad ke 18 beberapa filsuf seperti Christian Wolff, Diderot, Voltaire dan Goethe mulai tertarik untuk mempelajari filsafat Tiongkok. Di Eropa pemikiran kefilsafatan dimulai di Yunani dengan dasar mitos. Perubahan dari mitos ke logos terjadi pada kira-kira abad ke 6 dan ke 5 SM. Kalau dibandingkan dengan India dan Tiongkok, maka dapat diketahui bahwa sekitar abad 6 dan 5 SM ada perubahan pemikiran pula. Misalnya Budha mulai pada ± tahun 563 — 483 SM dan Lao Tse pada ± tahun 609 — 517 SM. Pembagian Periode filsafat Barat dimulai dari Filsafat Yunani yang berlangsung dari abad ke 6 SM — 6 M. Pada periode ini ada 3 periode pemikiran. Yang pertama ialah pendapat para filsuf-filsuf alam yang mencari asas dari segala sesuatu seperti Thales (filsuf pertama), Anaximander, Anaximenes, Pythagoras, Herakleitos, Parmenides, Zeno dari Elea, Empedoklea, Leukippos dan Demokritos. Mereka ini disebut filsuf-filsuf Pra - Sokrates dari abad ke 6 SM — abad ke4 SM. Periode kedua dari Filsafat Yunani ialah Periode Sokrates, Plato dan Aristoteles. Periode ini juga dikenal sebagai Periode Sofis yang merupakan puncak perkembangan filsafat Yunani. Persoalan-persoalan seperti metafisika, logika, etika, filsafat alam, filsafat negara dan estetika dicakup dalam filsafat Aristoteles. Periode ketiga dimulai setelah Aristoteles. Filsafat pada masa ini lebih mementingkan etika sebagaimana tercermin dalam ajaran kaum Stoa dan Epikurus. Periode ini ditutup oleh Neo-Platonisme yang dipelopori oleh Plotinus. Dengan demikian filsafat Yunani memudar untuk diganti oleh filsafat Skolastik. Di dunia Barat dalam abad Pertengahan terdapat dua periode perkembangan pemikiran filsafati dalam agama Kristen. Periode pertama adalah periode Patristik yang memuncak pada Augustinus dan periode kedua adalah periode Skolastik Kristen yang mengalami kejayaannya pada Albertus Magnus dan Thomas Aquinas. Sedangkan di dunia Islam pada abad pertengahan telah berkembang pula pemikiran filsafati dengan tokoh-tokoh utama-nya seperti: Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan kemudian Al-Gazali sebagai kritikus yang tajam melumpuhkan gerakan filsafat di dunia Islam. Usaha untuk membela filsafat di dalam Islam kemudian memuncak pada pemikiran rasionalis Ibnu Rusyd yang kemudian mempunyai pengaruh besar di dunia Barat. Abad Pertengahan disusul oleh Abad Modern yang didahului dengan timbulnya Renaissance yang berlangsung dari abad ke 15 sampai dengan abad ke 16. Pada masa ini ada tiga penemuan yang besar yaitu kompas, mesin dan seni cetak buku. Juga dalam Ilmu pengetahuan alam terdapat banyak kemajuan misalnya tentang pendapat perputaran bumi yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus. Juga Galileo Galilei meletakkan dasar ilmu pengetahuan alam. Selain dalam bidang ilmu alam pada zaman Renaissance terdapat perkembangan dalam ilmu kenegaraan seperti dikemukakan oleh Machiavelli dengan bentuk negara otokrasi, Thomas More mengusulkan negara Utopia. Sedangkan Francis Bacon mengusulkan adanya pemisahan antara negara dan agama. Masa Renaissance mencapai puncaknya pada aliran Rasionalisme yang dilontarkan oleh Descartes dengan semboyan "Cogito ergo sum". Rasionalisme ini pula yang dianut oleh Leibniz yang mengatakan bahwa pengetahuan dengan indra hanya pengetahuan yang kurang sempurna. Kalau di Perancis timbul aliran Rasionalisme maka ahli-ahli filsafat di Inggris lebih menekankan pada pengalaman. John Locke, George Berkeley dan David Hume adalah tokoh-tokoh empirisme. Pengaruh kedua aliran itu di Jerman bersatu dalam diri Immanuel Kant dengan Kritisisme-nya (abad 18). Kemudian filsafat Kant ini diteruskan oleh idealisme yang tokoh-tokohnya J.G. Fichte, Hegel dan Schelling. Pada awal abad ke 19 ini mereka meneruskan filsafat Kant yang sesungguhnya hanya sebagian saja yang diambil. Hegel dikenal dengan dialektikanya yang terdiri atas tiga fase : thesa, antithesa dan sinthesa. Filsafat Schopenhauer berhubungan erat dengan idealisme, hanya ia tidak tergolong di dalamnya. Hakekat dari filsafatnya ialah kemauan untuk hidup. la dipengaruhi oleh agama Budha. Pada abad ke 19 timbul fiisafat yang dikenal dengan Positivisme yang diantarkan oleh Augusts Comte. Kalau empirisisme menerima pengalaman juga pengalaman batin, maka positivisme hanya membatasi pada pengalaman yang obyektif, pengalaman lahir. Comte berjasa dalam hal menciptakan ilmu sosiologi dan pengaruh filsafatnya meluas di Inggris seperti terlihat pada John Stuart Mill dan Herbert Spencer. Mill mencoba memberi dasar psikologis dan logis bagi positivisme, sedang Spencer mengatakan bahwa filsafat harus dapat mempersatukan segala macam gejala, dan prinsip filsafat ini adalah hukum evolusi yang diterapkan oleh Spencer di segala lapangan ilmu. Filsafat pada pertengahan abad ke 19 dikuasai oleh aliran materialisme yang mengatakan bahwa realitas itu terdiri atas materi. Semua benda atau kejadian adalah proses materiil. Dengan demikian materialisme mengakui metafisika sedang positivisme tidak dapat menerima karena positivisme hanya membatasi pada fakta. Materialisme timbul sesudah Hegel meninggal. Hegelian sayap kanan memandang filsafat Hegel sebagai akhir perkembangan filsafat dan bersifat konservatif. Hegelian sayap kiri seperti Ludwig Feuerbach member! kritik terhadap Hegel dan melancar-kan metafisika materialistis yang diteruskan oleh Karl Marx dengan materialisme dialektis. Idealisme juga mendapat reaksi dari Soren Kierkegaard dari Denmark. Menurut Kierkegaard yang penting adalah eksistensi manusiasendiri. Seorang filsuf lain yang dapat dikatakan mempengaruhi filsafat eksistensi ialah Friedrich Nietzsche, meskipun la sendiri bukan seorang eksistensialis. Pengaruh Kierkegaard dan Nietzsche dapat dikatakan baru terasa pada abad ke 20. Filsafat abad ke 20 di Amerika didahului timbulnya aliran Pragmatisme oleh William James, Charles Sanders Peirce dan John Dewey yang meskipun mereka bekerja sendiri-sendiri mempunyai pandangan yang ada persamaannya. Filsafat Hidup yang dikemukakan oleh Henri Bergson dapat dikatakan mempunyai pengaruh yang besar di Perancis. Bersama-sama dengan aliran ini ada aliran Fenomenologi yang dipelopori Edmund Husserl yang disebar luaskan oleh Max Scheler. Juga pada abad ke 20 ini timbul aliran filsafat Eksistensialisme yang memandang segala sesuatu dari eksistensi manusia pelopornya Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. ooOOoo
Sunday, July 4, 2010
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT
onboard
6:33 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Write komentarSilahkan isi komentar Anda disini