Showing posts with label Guru Penggerak. Show all posts
Showing posts with label Guru Penggerak. Show all posts

Sunday, December 11, 2022

Digantikan Guru Penggerak, Ribuan Kepala Sekolah Bakal Non Job

 

Foto : Menteri Nadiem Maakrim

 INDSMEDIA - Ribuan kepala sekolah atau kepsek negeri di lingkup Kemendikbud, mulai jenjangan pendidikan dasar hingga menengah bakalan non job dari posisinya saat ini. Hal ini sesuai dengan pengumuman yang disampaikan Mendikbud Nadiem Makarim saat berbincang dengan guru penggerak beberapa waktu lalu. Meski tak menyebut secara langsung, Mendikbud Nadiem Makarim memberikan tantangan kepada para guru penggerak, untuk bisa mengisi jabatan kepala sekolah atau kepsek di tahun depan.

 

 "Kami butuh sekali bantuan agar guru-guru penggerak ini tahun depan semua diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas," kata Nadiem Makarim, saat berdiskusi dengan para guru penggerak di Sumatera Barat pada Jumat 18 November 2022.

 

Mengutip data dari laporan Statistik Indonesia, setidaknya terdapat 394.708 unit sekolah di seluruh wilayah Indonesia pada tahun ajaran 2021/2022. Jumlah ini terdiri dari sekolah negeri dan sekolah swasta. Kebijakan guru penggerak mengisi jabatan kepsek setidaknya akan menyasar sekolah-sekolah negeri di semua jenjang pendidikan, dasar hingga menengah dalam lingkup Kemendikbud. 

 

Tak hanya itu, Kemendikbud juga kini telah menyiapkan anggaran untuk guru penggerak dalam DIPA Kemendikbud tahun 2023. Hal itu sebagaimnana penyampaian Mendikbud Nadiem Makarim dalam salah satu postingan video feed instagramnya @nadiemmakarim. 

 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud kini tengah menyiapkan konsep baru, dalam manajemen tata kelola pendidikan di level top manajerial. Konsep tersebut adalah kebijakan para guru penggerak bisa menjadi kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Penerapan kebijakan baru ini rencananya akan mulai dicoba pada tahun depan.

 

Kebijakan ini tentu saja punya sisi plus dan minus dalam dunia pendidikan, utamanya bagi kalangan guru penggerak. Salah satu sisi positif dari kebijakan ini adalah, guru penggerak bisa menikmati gaji dan tunjangan sebagai seorang kepala sekolah.Tentu saja, tunjangan dan gaji seorang kepsek berbeda dengan guru biasa.

 

Guru penggerak lanjut Nadiem selama pendidikan diberikan pelatihan agar berani mengambil keputusan dan berani mencoba. Hal ini menjadi dasar yang baik untuk menjadi seorang pemimpin. Karena pemimpin dijelaskan Nadiem perlu keberanian.

 

"Jangan takut jadi pemimpin di usia muda. Coba saja dulu. Kalau gagal, dicoba lagi. Lakukan perubahan bersama-sama," jelas mantan bos Gojek ini. ***

 

Sumber : https://www.klikpendidikan.id

 

 

Tuesday, November 22, 2022

Pengumuman Pendaftaran Calon Guru Penggerak dan Pengajar Praktik Angkatan 9 dan 10

 















Tuesday, November 15, 2022

Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)

 


Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)

Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL)

Definisi

Contoh

Kesadaran Diri:

kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

  • Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial
  • Mengidentifikasi  kekuatan/aset diri dan budaya
  • Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
  • Menunjukkan integritas dan kejujuran
  • Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
  • Menguji dan mempertimbangkan prasangka dan bias
  • Memupuk efikasi diri
  • Memiliki pola pikir bertumbuh
  • Mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup

Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi

  • Mengelola emosi diri
  • Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres
  • Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
  • Merancang tujuan pribadi dan bersama
  • Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir
  • Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif
  • Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok

Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda

  • Mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain
  • Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain
  • Mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih
  • Menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain
  • Memahami dan mengekspresikan rasa syukur
  • Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan

Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif

  • Berkomunikasi dengan efektif
  • Mengembangkan relasi/hubungan positif
  • Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
  • Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif
  • Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
  • Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok
  • Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan
  • Turut membela hak-hak orang lain

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok

  • Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran
  • Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial
  • Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta
  • Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya
  • Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah
  • Merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas
  • Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang, hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan

Jika kita analisis lebih lanjut,  5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan  6 (enam) dimensi  Profil Pelajar Pancasila.  Sebagai contoh,  ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah  (dimensi kreatif)  diperlukan juga kemampuan bernalar kritis  untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri. 

Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

 


Saturday, November 5, 2022

Penguatan Budaya Positif Dengan Keyakinan Kelas

PENGUATAN BUDAYA POSITIF MELALUI PENERAPAN KEYAKINAN KELAS

Endi Sutrisna, S.Sos.,S.Pd.Gr.
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
Kabupaten Pandeglang

 

Pendidikan di Finlandia
Budaya sekolah yang dinamis dan menyenangkan bagi semua warganya merupakan dambaan setiap sekolah, dambaan dan contoh ideal terkait keadaan pendidikan saat ini adalah kondisi pendidikan di Negara Finlandia yang merupakan negara terdepan di dunia dalam indeks keberhasilan pendidikan, kondisi kurikulum yang ideal, pengajar yang dominan lulusan S2 dan lulusan terbaik yang mengisi posisi guru di negara tersebut. Dukungan dan kondisi sosial budaya negara yang baik dan konsisten memberikan dampak yang siginifikan di negara tersebut. Kondisi pendidikan tersebut dapat kita wujudkan melalui pendekatan dan penerapan konsep-konsep budaya positif, budaya positif akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik di lingkungan sekolah, budaya ini memiliki urgensi tinggi karena lingkungan sekolah sebagai tempat peserta didik belajar harus dapat menghadirkan suasana yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan agar peserta didik merasa betah untuk belajar berlama-lama di sekolah tanpa rasa tertekan, iklhas dan mendapakan raung yang seluas-luasnya dalam memberikan gagasannya.

Kondsi dambaan tersebut dapat kita lakukan melalui keteladanan kedisiplinan, memulai pembelajaran dengan kesepakatan, memberikan kesempatan yang sama dalam berpendapat, bersikap adil dalam memberikan kebutuhan belajar, selalu berusaha memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar agar peserta didik menikmati setiap materi yang diberikan tanpa ada paksaan. Menciptakan suasana positif berhubungan erat dengan pembelajaran yang berpihak pada murid karena suasana yang positif dapat mendorong motivasi peserta didik untuk belajar secara mandiri secara sadar diri.

Setiap sekolah tentunya sudah memiliki budaya yang baik terkait komunikasi dan disiplin dalam menegakan peraturan, akan tetapi pelaksanannya kurang efektif, perlunya penguatan agar budaya positif dapat ditumbuh kembangkan secara masif di kelas dan lingkungan sekolah. Perlunya penekanan dan kebutuhan akan budaya positif karena budaya ini menekakan pada pencapaian nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang berpihak pada peserta didik agar dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.

Siswa Menempelkan Keyakinan Kelas
Budaya positif dilaksanakan dalam upaya menumbuhkan disiplin diri pada peserta didik secara langsung  menanamkan motivasi intrinsik untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percayai. Dalam mencapai hal tersebut salah satunya yang  dapat dikembangkan dan diterapkan dengan keyakinan kelas. Budaya ini dipilih karena keyakinan merupakan implementasi nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati bersama oleh warga kelas. Keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam yang dapat memotivasi secara instrinsik, peserta didik lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan yang identik dengan hukuman yang tidak mengenakan.

Ciri-ciri khas keyakinan kelas:
  1. Bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci dan konkret.
  2. Keyakinan kelas berupa pernyataan universal yang dibuat dalam bentuk kalimat positif.
  3. Keyakinan kelas sederhana sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  4. Keyakinan kelas merupakan sesuatu yang dapat diterapkan di kelas tersebut.
  5. Pembuatan keyakinan melibatkan semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat.
  6. Keyakinan kelas ditinjau kembali dari waktu ke waktu sesuai kesepakatan bersama.

Skenario Pelaksanaan

Usaha yang dilakukan dalam mencapai kondisi budaya positif yang mantap, saya melaksakan/ mempraktekan konsepPenguatan Budaya Positif Melalui Keyakinan Kelas” ini bertujuan:

  1. Mengenalkan keyakinan kelas kepada peserta didik.
  2. Menyusun dan membimbing keyakinan kelas bersama peserta didik.
  3. Membiasakan penerapan keyakinan kelas untuk menumbuhkan disiplin diri.

Pelaksanaan aksi nyata dimulai dengan memberikan pemahaman dan arahan kepada peserta didik mengenai keyakinan kelas dan pelibatan murid dalam penyusunan keyakinan kelas melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melaksanakan sosialisasi terkait keyakinan kelas kepada teman sejawat dan kepala sekolah.

2. Melaksanakan sosialisasi terkait keyakinan kelas kepada murid.

  1. Menyusun keyakinan kelas bersama peserta didik. 
  2. Peserta didik membuat paper note keyakinan kelas secara mandiri 
  3. Mengelompokan keyakinan yang dibuat sesuai kelompok kebajikan yang serumpun 
  4. Menempatkan keyakinan kelas di tempat yang mudah dilihat. 
  5. Melakukan pendalaman pada setiap keyakinan melalui kegiatan-kegiatan sederhana di awal pembelajaran

Keyakinan Kelas Final
Pada proses penerapan budaya ini terdapat tantangan yang dihadapi terkait keyakinan kelas adalah dalam hal menanamkan keyakinan kelas pada peserta didik untuk menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri peserta didik. Mindset yang sudah tertanam selama ini adalah peraturan (bukan keyakinan) merupakan dasar mereka bertindak. Mematuhi peraturan dengan tujuan untuk menyenangkan dan mendapatkan nilai baik dari guru, serta berlaku sesuai aturan hanya agar tidak mendapatkan hukuman atau menghindari ketidaknyaman. Sehingga untuk mengubah mindset peserta didik dan mengubah orientasi tindakan mereka dari motivasi ekstrinsik ke motivasi intrinsik inilah yang menjadi tantangan utama, perlu banyak waktu untuk berproses dan komitmen bersama untuk mewujudkannya.

Proses penerapan keyakinan kelas agar dapat tertanam dalam diri murid secara sadar, mandiri dan bertanggungjawab adanya tantangan yang dihadapi terkait penerapan keyakinan kelas di atas, perlu adanya rencana tindak lanjut yang dirumuskan sebagai berikut.

  1. Melakukan pembiasaan penerapan keyakinan kelas di awal-awal pertemuan.
  2. Membuka ruang komunikasi dengan peserta didik untuk mengakomodasi kebutuhannya.
  3. Membiasakan diri untuk mengambil posisi kontrol sebagai manager.
  4. Melakukan penanganan permasalahan peserta didik dengan segitiga restitusi.
  5. Melakukan refleksi bersama untuk memantapkan budaya positif kedepannya. 

Budaya positif yang baik dan berhasil setelah dipraktekan di kelas kemudian penulis bagikan kepada teman sejawat di sekolah dan wilayah lebih luas lagi melalui kegiatan beragi pemahaman yang dilaksanakan mandiri melalui webinar daring dengan tema Penguatan Budaya Positif Sekolah, peserta sangat anstusias dan melebihi target,dengan jumlah peserta 32 peserta, hal ini menandakan antusiasme teman-teman sejawat akan budaya positif sangat perlu diterapkan di sekolah masing-masing, dengan berbagai kesan dan pesan yang beragam, yang penulis tampung dalam media padlet, pengenalan konsep budaya positif ini sangat bermanfaat sekali bagi kemajuan pendidikan sehingga kondisi disiplin budaya positif yang diharapkan dapat tercapai. 

Webinar Budaya Positif

 

#Salam Guru Penggerak

#Merdeka Belajar

E-learning